Posts

Showing posts from March, 2020

Melahirkan di Pos Kampling

Image
Sekitar jam dua malam, "Bu..Bu..Bu!" suara orang mengetuk pintu, memanggil-manggil Bu Halimah sambil mengetuk pintu. Bu Halimah sang Bidan desa, membukakan pintu ruangan prakteknya dalam kondisi mengantuk. Dan dia menemukan seorang lelaki sedang berdiri dengan wajah yang kebingungan. "Bu, tolong istri saya mau melahirkan" kata lelaki itu. "Istrinya dimana Mas?" tanya Bu Halimah yang tidak melihat seorang pun bersama pria itu. Karena istrinya sudah tidak kuat di bonceng sepeda motor, lelaki itu meninggalkannya di pos kampling tidak jauh dari rumah Bu Halimah. "Sebentar Mas, saya tak siap-siap" kata Bu Halimah yang kemudian bergegas membawa barang-barang keperluan bersalinnya. Dan meminta suaminya untuk menyusul. Dengan dibonceng lelaki itu, Bu Halimah menuju pos kampling tempat istrinya ditinggal. Sesampainya disana, Bu Halimah langsung menolong, dengan alat seadanya. Anehnya, persalinan dapat berjalan lancar, bahkan sang Ibu hanya sedikit mengel

Tergolong yang Disembunyikan dari Status

Azam menghampiri Toni yang sedang minum teh di kantin. "Hey Bro" sapa Azam. "Hey" jawab Toni. "Bu, kopi satu!" teriak Azam memesan kopi ke Bu Kantin. Setelah masing-masing ngobrol tentang pekerjaan, Azam mengecek smartphone-nya untuk mengecek pesan chat. Azam tersenyum lebar, yang membuat Toni penasaran "Apasih Bro?". "Bukan apa-apa, ini adik keponakanku, dia perlihatkan lagi statusnya" jawab Azam. Azam kemudian menjelaskan jika beberapa hari sebelumnya, keponakannya men-setting kontaknya sebagai salah satu orang yang tidak bisa melihat status. "Kamu tau kan anak jaman sekarang, selalu alay gitu di statusnya" jelas Azam. "Penasaran saja kenapa aku di hide" tambah Azam. "Trus masalahnya?" heran Toni, "Kamu sedang diminta mengawasi dia? Trus kamu over protective gitu?". "Enggak sih, dia juga sudah punya pacar" jawab Azam sambil mencicipi kopinya ya

Istri Melaknat Bidadari yang Menunggu di Surga

Sepasang suami istri, sehabis makan malam nonton pengajian Youtube di TV. Tampak Ustadz Khalid sedang berceramah bahwasannya berdasarkan sabda Nabi, pada setiap suami, sebenarnya telah ada bidadari yang menunggunya di surga. Jika si Istri membangkang, maka bidadari berkuasa untuk melaknat istri. Mendengar kajian tersebut sang Istri menatap suami dengan wajah judesnya, sambil berkata "Trus kamu lebih memilih bidadari!". Dengan santainya menjawab "Ya iya..", sambil tertawa lepas. Sang Istri pun marah, bersedekap dan memalingkan wajahnya ke arah ruang tamu. Setelah selesai bertanya, "Tapi kalau istrinya kayak gini, mungkin malah bidadarinya yang dilaknat" kata suami berusaha menghibur istri. Bagaimana tidak, si Istri sangatlah mencintai dan pencemburu. Jika bidadari itu sudah ada di dunia menjadi istri kedua, ketiga dan selanjutnya. "Mungkin bakwan ini sudah habis, kamu lempar ke muka bidadari itu" canda suami sambil mengambil bakwa

Alien yang Mengungsi

Di suatu masa, dunia dihebohkan oleh Alien yang mendarat di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Setelah diamankan oleh tentara militer, Menteri Keamanan Indonesia menemui alien tersebut, untuk menanyakan maksud dan tujuan mereka mendarat di Bumi. Khususnya di Jawa Timur. Dengan menggunakan mesin translator, Alien itu mengatakan bahwa kedatangannya bersama keluarga ke Bumi untuk mengungsi. "Memangnya, apa yang terjadi dengan planet kalian?" tanya Pak Menteri. "Planet kami diserang wabah virus flu mematikan, kami menamakannya ZX23. Jika virus itu masuk ke sistem pernafasan kami, dan jika imune kami saat itu kalah, maka dalam empat hari kami bisa mati" jelas sang Alien. Kemudian Alien itu juga menjelaskan secara panjang lebar bagaimana awal mula munculnya virus ZX23 tersebut, kurang lebih selama setengah jam. "Jadi semua penghuni planetmu mati karena virus" simpul Pak Menteri. "Tidak, virus itu tiba-tiba hilang begitu saja, tan

Karantina Desa

Di suatu desa, terdapat Jono, Tomo dan Bono yang hendak keluar desa. Karena saat itu ada karantina virus Corona, di gapura desa, mereka dihadang oleh Pak Lurah. Pak Lurah meminta mereka berbaris, dengan jarak satu meter antara satu dengan yang lain. Sebelum mereka ditanya-tanya, Pak Lurah menyuruh Pak Bambang, Hansip desa memberikan masker kepada mereka satu persatu untuk dipakai. "Pak Jono... pulang!" perintah tegas Pak Lurah yang melihat usia Jono sudah lebih dari 60 tahun. Pikir Pak Lurah "Jika terinfeksi Corona, Pak Jono pasti langsung lewat". Tanpa berkata apa-apa, Jono pun pulang. Dengan tetap menjaga jarak, selanjutnya Pak Lurah bertanya kepada Tomo, "Tomo, kamu sehat?". "Sehat Pak" jawab Tomo. "Terus kenapa matamu merah" tanya Pak Lurah lagi. "Semalam begadang Pak, nonton bola" jawab Tomo. "Hmm.. Tomo, pulang, kamu kurang istirahat, badanmu kutang fit" perintah kedua Pak Lurah. Dan Tomo pun menurut, kembali

Ketika Ayah Menemani Belajar Anak

Azam, malam itu diminta untuk menemani anaknya belajar Fiqih, sambil melihat-lihat traffic website perusahannya. "Ayah, Ayahkan suami, ibu istri, kalau suami punya banyak istri namanya apa?" tanya anaknya. "Poligami" jawab Azam. "Kalau istri punya banyak suami" kembali anak bertanya. "Poliandri" Azam kembali menjawab. "Hukumnya poligami dan poliandri?" tanya kembali anaknya. "Poligami boleh, poliandri haram" jawab singkat Azam dengan lugasnya. Dari arah dapur, Dona, istri Azam berlari dan memukul kepala Azam dengan centong sayur sambil ngomel-ngomel, "Kalau ngajari anak itu mbok ya dilihat dulu, tuh anakmu lagi ngerjain PR, langsung jawab gitu aja, pantes dia dapat nilai seratus terus, kalau kamu yang ngajarin!". "Iya ta?" tanya Azam ke anaknya, sambil mengelus kepala yang baru diketok sama istrinya. "Iya Yah, itu tadi soal PR dari Bu Guru" jawab anaknya sambil

Berlagak Scientist

Suatu siang, Jono dan Tono makan di Warung Bu Tiyem. Saat itu, di TV, surat kabar, media sosial, khutbah di masjid, sampai anak-anak kecil, semuanya sedang membicarakan Corona. Yaitu mutasi virus flu dari Wuhan, Cina yang dapat menyebabkan sesak nafas, dan dapat berakibat kematian bagi penderita yang daya tahan tubuhnya lemah. Jono yang berprofesi sebagai kuli bangunan, berkata "Edan, dunia telah di gegerkan oleh Covid-19" dengan percaya dirinya. "Lambe mu, pangananmu telo ae pake kata Covid-19" ejek Tono yang berprofesi sama, "Corona gitu ae kenapa". "Lah, emang salah?" timpal Jono. "Sok scientist. Yow buat orang yang sekolah, pasti ngerti. Tapi buat orang awam kayak Bu Tiyem ini, bisa ae nganggep Corona sama Covid itu beda" jelas Tono, "Ya kan Bu!" seru Tono meminta pendapat Bu Tiyem. Bu Tiyem pun langsung menyahut "Iyow Mas, garai orang bingung. Bilang Corona gitu ajalah".

Percaya Hantu

Doni sedang duduk di depan TV. Tiba-tiba anaknya berlari masuk ke dalam rumah, dan langsung menghampiri Doni. "Ayah, ayah, ayah... hantu itu ada atau tidak?" tanya si anak. Karena belum pernah melihat hantu, "Tidak ada" jawab Doni. Kemudian anaknya berlari ke dapur untuk bertanya hal yang sama ke ibunya, "Tidak ada, dan ibu tidak percaya" jawab istri Doni. Setelah mendengar jawaban itu, anak itu pun kembali berlari ke arah pintu dan berteriak ke seseorang diluar pagar, "Kata Ayah dan Ibuku hantu itu tidak ada". Penasaran anaknya sedang berbicara dengan siapa, Doni memanggil anaknya dan bertanya, "Sedang ngobrol dengan siapa to Nak?" tanya Doni. "Itu dengan Jepri, tetangga sebelah" jawab anaknya dengan polos. Doni dan istrinya langsung kaget dan bengong. Sebab Jepri anak tetangga sebelah yang disebutkan anaknya, sudah meninggal dua tahun sebelum anak mereka lahir, karena sakit demam berdarah.

Diijinkan Menikah Lagi

Candra menghampiri Dodik yang sedang termenung sambil minum kopi di kantin kantor. "Hei..diem-diem bae.." sapa Candra. "Hei.." sapa balik Dodik dengan nada lemasnya. "Aku sedang lagi ada masalah Bro" kata Dodik. "Tumben" sangkal Candra yang biasanya Dodik terlihat selalu ceria. Karena sudah 20 tahun tidak kunjung memiliki anak, "Istriku mengijinkanku nikah lagi.." kata Dodik. "Bagus dong!, bukannya itu kabar baik" jawab Candra. Dengan jabatan Dodik dikantor saat itu, Candra yakin menikah lagi adalah urusan yang gampang. Dengan nada memelas, Dodik berkata "Masalahnya, sekarang aku sudah impoten".

Reunian Pamer Istri

"Hei Bro, diajak ya Istrinya" ajak Ali melalui telepon, meminta Azam membawa istrinya ikut serta. "Wah tidak janji Bro, anakku masih kecil, istriku paleng tidak bisa ikut" jawab Azam. Ali dan Azam adalah teman seangkatan waktu kuliah. Karena sudah lama mereka tidak saling bertemu, Ali mengundang Azam dan juga teman-teman seangkatannya yang lain, untuk reuni di hotel miliknya. "Halah, pokoknya dateng!" paksa Ali. Sebenarnya tidak hanya untuk reuni, Ali dan Azam memang semenjak dulu bersaing, terutama dalam hal pasangan. Ali yang telah mendapatkan seorang gadis cantik, putri dari pemilik salah satu hotel bintang lima di Malang, mencoba memamerkan ke Azam istri, berikut kerajaan bisnisnya. Sebab, semenjak mereka sibuk kerja masing-masing, mereka tidak pernah saling ketemu, bahkan untuk saling menghadiri acara pernikahan. Dan, sampai di hari reuni yang ditentukan. Teman-teman seangkatan Ali banyak yang datang bersama istri

Ramalan Nasib

Seorang pengusaha sukses, iseng-iseng pergi ke peramal untuk mencoba menerawang masa depannya. Setelah peramal melihat garis tangan pengusaha itu dan dengan bantuan bola kristalnya, "Hmm..tampaknya kamu sering pergi keluar kota ya" kata peramal menebak. "Hebat betul Madam peramal ini" puji dalam hati sang Pengusaha sambil mengangguk. Dengan pekerjaannya sebagai CEO, hampir tiap minggu sang pengusaha pergi ke luar kota, bahkan ke luar negeri. "Aku punya kabar baik dan buruk" lanjut kata peramal, yang kemudian meminta si Pengusaha memilih kabar baik atau kabar buruk yang disampaikan terlebih dahulu. Karena penasaran dengan kabar baik, sang Pengusaha berkata "Kabar baiknya dulu!", dengan semangatnya. "Satu atau dua tahun lagi istrimu akan melahirkan anak laki-laki" kata peramal menyebutkan kabar baiknya. Sang pengusaha langsung tersenyum lebar, karena dia memang mendambakan anak laki-laki sejak awal menikah. "Lalu kabar buruknya?&quo

Balada Sumur

Suatu sore, saat Ali pulang kuliah, ketika masuk rumah, Ali mendapati ibunya sedang menangis di ruang tamu. Karena sering melihat orang tuanya bertengkar, Ali langsung berprasangka, jika tangisan ibunya itu pasti karena orang tuanya bertengkar lagi. "Nak, masuklah sumur!" perintah ibunya sambil terisak-isak. "Kalau tidak, ibu yang masuk!" tambahnya. Mendengar ucapan ibunya itu, Ali berprasangka jika ibunya berniat bunuh diri. Ali berkata "Ini semua pasti karena Ayah, dimana Ayah Bu, lebih baik Ayah saja yang aku masukkan sumur" dengan nada marahnya. "Iya itu Nak!" sambil terus menangis, "Ayahmu ada di dalam sumur sejak tadi pagi" jawab ibunya. Ali baru menyadari, jika Ibunya meminta Ali untuk menolong Ayahnya yang masuk dalam sumur. "Kenapa Ibu tidak bilang dari tadi!" teriak Ali sambil berlari menuju ke arah sumur, yang disusul oleh ibunya. "Ali..Ali..!!" panggil Ibunya mencoba mengh

Pasar Wagean

Image
Suatu waktu dijaman orang-orang masih ke pasar dengan berjalan kaki. "Mbok, baru pulang?" tanya Mbok Nah. "Iya neh, laku keras lagi hari ini" jawab Mbok Yem sambil menunjukkan keranjangnya. Sudah dua hari Mbok Yem mencoba berjualan kembang tujuh rupa, di pasar yang tidak biasanya dari teman-temannya. Pasar itu bernama Pasar Wagean, dan butuh waktu 4 jam berjalan dari desa Mbok Yem dan Mbok Nah tinggal. "Besok, ikut aku jualan disana to Mbok" ajak Mbok Yem. Karena Mbok Nah merasa tempatnya terlalu jauh, Mbok Nah menjawab "Kapan-kapan ae Mbok". Dan waktu pun berlalu. Dikarenakan sering melihat Mboh Yem pulang dengan keuntungan, akhirnya Mbok Nah penasaran, "Mbok besok aku ikut jualan dipasar Wagean ya!" pinta Mbok Nah. Karena kebetulan Mboh Yem tidak enak badan saat itu. Mbok Yem memberikan petunjuk dimana letak pasar berada. Keesokan harinya, dengan berjalan kaki dan menggendong barang dagangan yang berupa kembang tu

Ilmu Pelet-peletan

"Hai Mas.." sapa Keisa. "Hey", jawab Noval yang sejak pagi di laboratorium. "Mas tolong instalin Matlab" minta Keisa dengan nada manjanya. "Mana...sini" Noval meminta Keisa menyalakan laptop yang akan diinstal Matlab. Noval dan Keisa sudah bersahabat sejak lama. Mereka saling kenal dari sering sama-sama menjadi asisten Pak Buwono. Meskipun jarak umur mereka terpaut lima tahun, tetapi hari itu Noval telah menjadi laboran, sedangkan Keisa masih mahasiswa S2. Karena instalasi Matlab lama, "Udah, tinggal ditunggu" kata Noval menyuruh Keisa menunggu, dengan duduk disampingnya. Keisa pun bercerita kesana kesini, dan Noval tetap melanjutkan pekerjaannya sambil mendengarkan. Dalam benak Noval, "Anak ini centil banget! Kayak e bener dia suka aku" kata hatinya dengan percaya diri. Bagaimana Noval tidak berpikir seperti itu, Keisa pernah mencucikan baju dan kaos Noval dengan senang hati, tanpa jijik d

Akibat Knalpot Bising

Image
"Kalau kamu mau lewat Ngliyep, standarin dulu muka knalpot kamu" kata Roni memperingatkan Tono untuk membetulkan suara bising knalpot motornya jika akan melewati Desa Ngliyep. "Memang kenapa Mas?" tanya Tono. "Konon, dulu ada seorang anak muda yang naik motor dengan suara knalpot bising lewat desa itu, dia mati gara-gara dilempar clurit oleh warga" jelas Roni. Karena tidak percaya, "Ah masak segitunya" jawab Tono menganggap yang dikatakan Roni hanya candaan. Keesokan harinya, karena memang jalan satu-satunya, Tono lewat Desa Ngliyep untuk berkunjung ke rumah rekan bisnisnya di seberang desa, sekitar jam 8 malam. Tono lewat dengan selamat, meski tetap dengan sepeda motor bisingnya itu. Ketika pulang, temannya sempat menasehati untuk lebih baik menginap daripada lewat desa Ngliyep lagi. Tono menolak, dan dia tetap lewat Desa Ngliyep dengan santainya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sampai akhirnya, saat Tono hampir

Antara Karma dan Nasib

Sudah lama tidak saling komunikasi, Azam dan Jumran saling bercakap melalui pesan chat. "Jangan-jangan, kamu santet ya dia biar tidak laku nikah" tanya Jumran. "Ya tidak lah. Sumpah demi Allah" jawab Azam. Dengan Rika yang belum sampai menikah sampai saat itu, Jumran mencurigai, temannya Azam melakukan ilmu ghaib sebagai aksi balas dendam, ditolak oleh Rika semasa kuliah. "Ya intinya karena gambar dia yang tak edit, dia tahu, dan akhirnya begitu deh" jelas Azam mengingat-ingat alasan penolakan Rika. Karena begitu menyukai Rika, waktu itu, Azam sampai mengedit foto-foto Rika. Yang mana sebenarnya untuk konsumsi pribadi dan disimpan diaccount privatenya di server laboratorium. "Bukannya database itu private?.... Tahunya dia dari mana?" tanya Jumran. "Ya kalau bukan dari temen kita yang admin, ya siapa lagi" tuduh Azam. "Ehsan?" Jumran memperjelas yang dimaksud Azam. Selain dari pihak dosen, admin laboratorium k

Kemanjaan Satpam

Karena sebuah urusan terkait kartu ATM (Automatic Teller Machine), Azam pergi ke bank. "Selamat pagi Pak, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang satpam, yang bertuliskan nama Dewi di papan nama seragamnya. Sambil menunjukkan kartu ATM-nya yang tergores, "Rusak Mbak" jawab Azam. "Bawa buku tabungan dan KTP (Kartu Tanda Penduduk)?" Dewi bertanya lagi. "Wah. Buku tabungan, saya lupa Mbak" jawab Azam. "Maaf Pak, untuk kelengkapan ganti kartu harus menunjukkan buku tabungan dan KTP" jelas Dewi. Dengan sedikit merasa kedatangannya sia-sia, "Ya mungkin besok saja Mbak" jawab Azam menunjukkan bahwa mungkin besok Azam kembali lagi sambil membawa buku tabungan. Lalu setelah saling berterima kasih, Azam menuju pintu keluar, yang ternyata Dewi juga ikut keluar dibelakang Azam tidak berselang beberapa langkah. "Mas, telpon aku ya, aku kangen" kata Dewi kepada seorang Office Boy yang sedang menyapu di depan kanto

Membungakan Uang

Melihat Tino yang berjalan lewat depan rumahnya, Azam menyapa "Mau kemana No?". Tino menjawab, "Mau membungakan uang Zam!", sambil meneruskan langkahnya cepat-cepat. Tino dan Azam sudah berteman dan bertetangga sejak lama, dan Azam tahu jika Tino baru saja menjual tanahnya, beberapa hari yang lalu. Azam hanya tidak percaya, jika Tino yang termasuk orang yang tahu agama, dan tidak disangka uang dapat membutakan Tino sampai-sampai membuatnya berani mendekati Riba. Karena Tino pun telah berjalan jauh, Azam hanya bisa terdiam dan melanjutkan memandikan sepeda motornya. Tidak lama kemudian, Tino berjalan kembali melewati rumah Azam. Azam yang melihat ditangan Tino ada bibit bunga Anggrek, "Halah... Tak kira!" kata Azam "Ini Zam, Istri minta di beliin Anggrek!" sahut Tino. "Tak kira kamu mau nabung di bank, biar dapet bunga Riba" kata Azam. Karena memang jawaban Tino pertama tadi untuk bercanda dengan Azam,
Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Dibangkitkan sebagai Pezina

Hantu Mudik Sekeluarga

Nyikut untuk Menjadi Profesor

Sebuah Solusi Kekerasan Rumah Tangga

Hadiah Istri 70 Bidadari

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa

Antara Karma dan Nasib

Si John Thor

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Hantu Jembatan Universitas