Akibat Knalpot Bising
"Kalau kamu mau lewat Ngliyep, standarin dulu muka knalpot kamu" kata Roni memperingatkan Tono untuk membetulkan suara bising knalpot motornya jika akan melewati Desa Ngliyep.
"Memang kenapa Mas?" tanya Tono.
"Konon, dulu ada seorang anak muda yang naik motor dengan suara knalpot bising lewat desa itu, dia mati gara-gara dilempar clurit oleh warga" jelas Roni.
Karena tidak percaya, "Ah masak segitunya" jawab Tono menganggap yang dikatakan Roni hanya candaan.
Keesokan harinya, karena memang jalan satu-satunya, Tono lewat Desa Ngliyep untuk berkunjung ke rumah rekan bisnisnya di seberang desa, sekitar jam 8 malam.
Tono lewat dengan selamat, meski tetap dengan sepeda motor bisingnya itu.
Ketika pulang, temannya sempat menasehati untuk lebih baik menginap daripada lewat desa Ngliyep lagi.
Tono menolak, dan dia tetap lewat Desa Ngliyep dengan santainya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Sampai akhirnya, saat Tono hampir keluar desa Ngliyep, tiba-tiba terasa sebuah batu dilemparkan mengenai helmnya, sampai dia kaget dan tidak dapat mengendalikan motor yang dikendarainya, hingga masuk ke parit.
Tono tersungkur, tertelungkup dengan setengah badan atasnya masuk dalam parit.
Ketika tersadar, Tono sudah berada di rumah orang tuanya, ditangisi, dimandikan, disholati dan dikerumuni tetangga-tetangganya untuk dikuburkan.
"Memang kenapa Mas?" tanya Tono.
"Konon, dulu ada seorang anak muda yang naik motor dengan suara knalpot bising lewat desa itu, dia mati gara-gara dilempar clurit oleh warga" jelas Roni.
Karena tidak percaya, "Ah masak segitunya" jawab Tono menganggap yang dikatakan Roni hanya candaan.
Keesokan harinya, karena memang jalan satu-satunya, Tono lewat Desa Ngliyep untuk berkunjung ke rumah rekan bisnisnya di seberang desa, sekitar jam 8 malam.
Tono lewat dengan selamat, meski tetap dengan sepeda motor bisingnya itu.
Ketika pulang, temannya sempat menasehati untuk lebih baik menginap daripada lewat desa Ngliyep lagi.
Tono menolak, dan dia tetap lewat Desa Ngliyep dengan santainya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Sampai akhirnya, saat Tono hampir keluar desa Ngliyep, tiba-tiba terasa sebuah batu dilemparkan mengenai helmnya, sampai dia kaget dan tidak dapat mengendalikan motor yang dikendarainya, hingga masuk ke parit.
Tono tersungkur, tertelungkup dengan setengah badan atasnya masuk dalam parit.
Ketika tersadar, Tono sudah berada di rumah orang tuanya, ditangisi, dimandikan, disholati dan dikerumuni tetangga-tetangganya untuk dikuburkan.
Comments
Post a Comment