Hantu Jembatan Universitas


Tidak biasanya, malam itu air sungai Bajul Cemeng naik setinggi lelaki dewasa.

Sungai yang mengalir melalui salah satu universitas di Malang itu, meskipun musim hujan, biasanya cuma setinggi lutut.

Melihat ikan Wader yang besar-besar dan berseliweran waktu siangnya, membuat Manaf, seorang mahasiswa universitas yang dilewati sungai itu, memancing diwaktu malamnya.

Jam menunjukkan pukul 21.00, karena suasana kampus masih ramai oleh mahasiswa-mahasiswa lain yang sedang ngenet, Manaf pun mencari tempat sepi dan agak gelap di dekat jembatan.

Sambil mendengarkan lagu campursari kesukaannya melalui headset, Manaf menikmati memancingnya meski sendirian.

Seperti yang dia duga, tidak butuh waktu lama, ikan Wader yang berukuran besar-besar berhasil dipancingnya.

"Mancing Naf?" sapa seorang cewek, sambil menepuk pundak Manaf dari arah belakang.

Manaf yang kaget, ditepuk karena tidak mendengar dipanggil memakai headset, sedikit berteriak sambil menoleh memastikan siapa cewek yang menyapa malam-malam seperti itu.

Cewek itu ternyata Dina, teman seangkatan Manaf, bersama pacarnya.

Manaf sebenarnya pernah menaruh hati kepada Dina. Meski Dina berwajah pas-pasan, tubuhnya yang mungil dan tomboy, adalah tipe cewek kesukaan Manaf. 

Dan semenjak Dina suka bersolek dan menor, apalagi mempunyai pacar, Manaf mulai berpaling hati pada gebetan yang lain.

Setelah mengobrol beberapa lama, Dina pun pergi diajak pacarnya pulang.

Manaf pun melanjutkan memancingnya, dan sesekali disamperi oleh satpam universitas yang sedang keliling.

Dan ketika waktu hampir menunjukkan jam 12 malam, mendadak kail pancing yang semula hampir tiap 10 menit menangkap ikan Wader, kail pancing Manaf itu tidak mendapatkan ikan sama sekali.

Dan tidak disangkanya, sekali lagi Manaf kembali didatangi Dina, tetapi kali itu Dina dengan menangis. 

Manaf pun kaget dan sekarang dia tambah bingung tidak tahu harus berbuat apa.

"Kenapa to?" tanya Manaf.

Manaf hanya bisa bertanya seperti itu, clingak-clinguk, menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha menenangkan Dina, sembari tetap memegang gagang pancingnya.

Disisi lain, Manaf merasa aneh dengan Dina yang dilihatnya itu. Dina yang ini lebih feminim dan cengeng, tidak seperti Dina tomboy yang dikenalkannya dan ditemuinya jam 10 malam tadi.

"Kenapa?" tanya Manaf untuk kesekian kalinya.

Pertanyaan Manaf tetap tidak dijawab dan Dina terus menangis sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

Manaf hanya bisa terdiam dan berlagak terus melanjutkan memancingnya.

Sampai kurang lebih 15 menit kemudian, hal menyeramkan pun terjadi.

Tangis Dina berubah menjadi tawa terkiki-kiki, dan wajahnya yang ditutupi, diperlihatkan ke Manaf dengan rupa yang tak karuan sambil berkata "Baaa...".

Manaf kaget, ternyata Dina yang ada disampingnya itu bukan Dina yang sebenarnya, melainkan hantu. Dan dia pingsan sebelum dia sempat berteriak ketakutan.

Untung Manaf pingsan di pinggir sungai dan ada seorang satpam yang melihat, lalu menolong dan membawanya ke rumah sakit.

Setelah tersadar keesokan harinya, Manaf diberitahu oleh perawat, bahwa kail pancingnya menyangkut pada mayat seorang wanita korban pembunuhan, yang ditemukan dibawah jembatan  tempat Manaf memancing pagi itu, oleh satpam yang berniat mengembalikan peralatan pancing Manaf yang tertinggal, ke rumah sakit.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Dibangkitkan sebagai Pezina

Hantu Mudik Sekeluarga

Antara Karma dan Nasib

Nyikut untuk Menjadi Profesor

Sebuah Solusi Kekerasan Rumah Tangga

Hadiah Istri 70 Bidadari

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa

Si John Thor