Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Suatu malam, penulis teringat masa muda penulis, ketika awal-awal bekerja.

Dengan gaji nominal satu juta per bulan, penulis langsung tergoda untuk mengambil kredit motor.

Maklum, penulis kala itu masih berpacaran, belum menikah, sehingga kebutuhan pun belum macam-macam.

Apalagi pacar masih kuliah diluar negeri, jadi belanja untuk ngapél pun nihil.

Waktu itu, penulis sedang jalan-jalan di Malang Town Square (MATOS).

Sebenarnya waktu itu penulis mau lihat-lihat smartphone Android. Tetapi karena di lantai bawah memang seringkali dijadikan tempat display motor dan mobil, penulis pun sengaja muter ke lantai bawah.

Dan, mata penulis langsung tertuju pada motor Honda CBR 150 yang berwarna silver gelap, dengan hiasan stiker berwarna merah gelap.

Penulis pun mendekati, lalu "Owesome!" seru hati penulis karena begitu pengennya.

Maklum, saat itu, model itu adalah model sepeda motor baru yang lagi booming. Jadi penulis rasa wajar, jika penulis pastinya 'kepengen banget'.

Lalu karena penulis agak lama melihat-lihat, datanglah sales (cowok) berseragam Honda, menghampiri yang langsung menyodorkan brosur fotokopian harga dan tabel simulasi kredit, motor dihadapan penulis tersebut.

Setelah berbincang agak lama, penulis di persilahkan duduk di stand, yang mana disana seorang sales cewek telah duduk.

Kami pun berbincang bertiga mengenai pengajuan kredit, yang mana permasalahan utamanya adalah KTP penulis yang beralamat Kediri.

Sang Sales cewek langsung menawarkan alternatif untuk penulis mengajukan kredit dengan atas nama teman atau kerabat yang beralamat Malang.

Sehingga di STNK dan BPKB semua atas nama teman/kerabat untuk pengajuan kredit tersebut.

Penulis sempat tertarik, dan menyodorkan nama teman kuliah, yang memang asli Malang.

Waktu itu penulis tidak tahu sama sekali tentang pemberkasan sepeda motor, apa itu balik nama, mutasi, ganti plat, SIM dan sebagainya.

Untung ketika penulis bertanya, ketika ada ketelatan pembayaran, sales cowok menjawab untuk yang ditagih adalah teman penulis itu, yang membuat penulis mengurungkan niat.

Malu, ngrepotin teman penulis.

Dan setelah tujuh tahun kemudian, berdasarkan pengalaman mutasi motor pada posting sebelumnya, penulis baru tahu dan untung dulu tidak mengiyakan. Jika hal itu terjadi, pasti penulis justru yang rugi.

Biaya balik nama, dan keribetan yang mengharuskan si Pemilik asli datang sendiri ke kantor SAMSAT tidaklah sedikit dan mudah.

Sehingga saran penulis, jangan pernah beli/kredit dengan atas nama orang lain, dan jangan terlalu menurut dengan anjuran sales, apalagi calo. Karena bagaimanapun juga, mereka (sales) ditargetkan barang dagangannya laku.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Dibangkitkan sebagai Pezina

Hantu Mudik Sekeluarga

Nyikut untuk Menjadi Profesor

Sebuah Solusi Kekerasan Rumah Tangga

Hadiah Istri 70 Bidadari

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa

Antara Karma dan Nasib

Si John Thor

Hantu Jembatan Universitas