Senin Kelabu Bang Jampang

Senin pagi itu, adalah Senin kelabu berat bagi Bang Jampang, seorang agen ekspedisi independen di sebuah gang sempit di Malang. Bagaimana tidak, hari itu dimulai dengan bunyi dering ponsel yang memekakkan telinga. Bukan dari pelanggan yang menanti paket, melainkan dari Mas Bro, bos ekspedisi pusat. "Bang! Ini kok return barang numpuk lagi kayak gunung Semeru?!" Suara Mas Bro di seberang sana terdengar seperti alarm sahur yang sudah kadaluarsa. Bang Jampang menghela napas. Dengan berat hati dia harus berangkat ke gudang transitnya, yang tak lain adalah kontrakan petak yang telah disewanya setahun ini. Gudang itu sudah sesak, bukan hanya oleh paket-paket yang gagal kirim, tetapi karena penerima paket yang masih mudik pulang kampung, belum balik membawa sanak familinya yang belum bekerja. Belum selesai pusing dengan return, matanya menangkap pemandangan menyebalkan lainnya. Sebuah mobil sedan berwarna merah parkir persis di depan pintu kontrakan, menghalangi akses keluar masuk t...