Posts

Showing posts from April, 2025

Lurah Sukirman

Image
Pak Lurah Sukirman sedang resah. Duduk di kursi plastik biru yang sudah miring sebelah, dia menatap jalan desa yang sepi seperti dompet pegawai honorer akhir bulan. Isu tentang ijazah palsunya kembali menghangat seperti gorengan dua ribu dapat tiga, yang baru ditiriskan. "Katanya ijazah saya tidak terdaftar di Kementerian Pendidikan," gumamnya sambil mengaduk kopi sachet yang airnya kebanyakan. "Gimana ke daftar, lha wong dulu pas saya lulus, komputer aja masih langka. Apalagi database online!" Tiba-tiba, Jono, sopir pribadi sekaligus komentator tidak resmi urusan rumah tangga, muncul dari balik pagar. "Pak Lurah," katanya sok bijak sambil duduk di bangku sebelah, "jangan dipikir aneh-aneh soal anak. Anak itu rejeki dari Tuhan." Pak Lurah menoleh pelan. "Kamu itu ngomong apa to Jon? Anak-anak, lha aku nikah aja belum." Jono mengangguk, "Maaf ya Bos, situ sendiri yang ngaku, kalau situ jomblo," sembari tertawa kecil mengejek. P...

Dibalik Aplikasi Jomblo Milenial

Image
Dito, dengan wajah dibawah standar dan dompet di bawah UMR, masih belum bisa melupakan Kirana, teman satu jurusannya dulu yang selalu jadi gadis pujaannya. Dulu, saat semester tiga, dengan keberanian seorang mahasiswa yang sedang kasmaran, Dito menyatakan perasaannya. Namun, Kirana, mahasiswa yang penting kuliah lalu menghilang, dengan lantang menolaknya. Alasannya, Dito tidak tampan dan tajir. Bertahun-tahun berlalu. Dito kini bekerja serabutan dan masih menyimpan rasa penasaran terhadap Kirana. Pasalnya, Kirana yang dulu dia taksir itu, kini di usia 35 tahunnya masih menjomblo. Hal ini Dito ketahui dari obrolan group WA angkatan kuliahnya. Pasti ada misteri di balik status "single" Kirana. Meskipun kondisinya dia sudah memiliki istri dan seorang anak. Maka, Dito menghubungi Joni, teman kuliah seangkatannya yang bisa membuatkannya aplikasi media sosial. "Jon, bikinin gue aplikasi perjodohan, dong. Fiturnya standar aja, yang penting bisa lihat profil, foto, sama lokasi r...

Ada Semut Dibalik Gula

Image
Di sebuah negeri subur makmur bernama "Tebuwana", hiduplah seorang menteri pertanian yang gagah perkasa, sebut saja namanya Pak Manis.  Negeri Tebuwana terkenal dengan hamparan tanaman tebunya yang luas, menghasilkan gula yang konon katanya semanis senyum "dimatamu". Suatu hari, Pak Manis yang memang tidak ada kerjaan, meminta laporan lengkap transaksi penjualan gula dari seluruh pelosok Tebuwana. Setelah berhari-hari berkutat dengan angka-angka yang membuatnya berkunang-kunang, Pak Manis terkejut bukan kepalang. Data menunjukkan, meskipun tebu membentang luas, tapi belum dapat dipanen, hingga negeri Tebuwana diprediksi akan kekurangan gula dalam waktu dekat, dan harus impor. "Astaga!" kaget Pak Manis sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gundul. "Negeri ini gudangnya tebu, tapi kok malah kurang gula?" Dengan semangat Bapak-bapak ikut lomba kemerdekaan, Pak Manis menghadap Pak Presiden dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah meny...

Desainer Agak-agak

Image
Pintu ruang wawancara terbuka dengan bunyi klik yang terasa seperti vonis bagi Budi. Di hadapannya duduk tiga pewawancara dengan ekspresi antara tertarik dan sedikit... risih. Budi, dengan kemeja sedikit kusut dan keringat dingin mulai membasahi telapak tangan, berusaha mempertahankan senyum seprofesional mungkin. "Selamat siang, Bapak/Ibu," sapanya. "Selamat siang, Budi. Silakan duduk," ujar Bu Rina, pewawancara wanita yang tampak paling serius. "Mari kita lihat portofolio Anda." Dengan gerakan sok keren, Budi membuka folder di laptopnya. Layar pun menampilkan serangkaian ilustrasi digital yang langsung membuat alis para pewawancara bertautan. Gadis-gadis dengan mata lentik, bibir penuh, dan lekuk tubuh yang dramatis mendominasi setiap desain. Bahkan ada area yang sengaja Budi ataur sedemikian rupa, hingga terlihat segede gaban. Pak Anton, pewawancara pria berkacamata tebal, berdeham. "Ini... interpretasi desain Anda yang menarik. Bisa Anda jelaskan ...

Gulungan sang Raja

Image
Di sebuah Kerajaan yang dulunya tenteram, kini dipimpin oleh seorang Raja yang kebijaksanaannya dipertanyakan. Awal mula keraguan muncul ketika beredar selebaran-selebaran dari bromocorah, tentang salinan gulungan ilmu sang Raja ketika muda. Keanehannya, lukisan beliau dalam salinan itu tampak begitu tampan, namun dengan hiasan kepala yang megah. Padahal katanya, pemerintah penjajah kala itu melarang atribut kebesaran apapun dalam gulungan, yang dianggap kurang sopan. Sontak, bisik-bisik tentang keaslian silsilah dan legitimasi keilmuan Raja pun berhembus kencang di kalangan rakyat. Padepokan Agung, yang selama bertahun-tahun menjadi kebanggaan kerajaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, ikut terseret pusaran kontroversi. Bukannya segera meluruskan perihal keabsahan gulungan ilmu sang Raja, mereka malah disibukkan dengan masalah internal yang lebih pelik. Seorang sesepuh yang disegani, yang konon menguasai berbagai ilmu kanuragan dan kebatinan, justru tersandung skandal dengan salah satu ...

Efisiensi Level Absurd

Image
Di sebuah instansi pemerintah di Malang yang terkenal dengan slogan "Efisiensi adalah Nafas Kami", hiduplah seorang staf bernama Bambang. Bambang adalah seorang pekerja keras, loyal, dan memiliki kemampuan menahan lapar di atas rata-rata. Ini bukan karena diet, tapi karena kebijakan efisiensi instansinya yang sudah mencapai level absurd. Suatu pagi yang mendung, Bambang merasa tenggorokannya sekering gurun pasir. Dengan langkah gontai, dia menuju dispenser air di pojok ruangan. Namun, betapa terkejutnya dia melihat sebuah pengumuman yang tertempel pada galon: PENGUMUMAN Sehubungan dengan program efisiensi anggaran yang mendesak, terutama setelah analisis menunjukkan bahwa pengeluaran air minum tahunan instansi dengan 40 karyawan dapat mencapai angka yang fantastis (Rp 25 juta), maka kebijakan efisiensi diperketat. Setiap staf wajib membawa botol minum refill sendiri, dengan maksimal 2 kali refill dari galon yang sudah disediakan. Seluruh perjalanan dinas, kecuali yang bersifa...

Botol Kenangan

Image
Tangan Pak Jono menyentuh lembut debu-debu yang menari di dalam botol kaca bening. Di dalamnya, bukan air atau cairan berwarna, melainkan serpihan-serpihan kecil kertas, foto yang menguning, dan untaian benang pudar. Inilah "Botol Kenangan" katanya. Setiap isinya adalah fragmen dari kehidupan Pak Jono. Yaitu surat cinta pertama yang renyah, foto hitam putih almarhum istrinya yang tersenyum, tiket bioskop kencan pertama, bahkan secarik kertas berisi coretan cita-cita masa kecilnya. Pak Jono tinggal di sebuah rumah sederhana di ujung RW 07. Usianya sudah senja, namun semangatnya tak pernah pudar. Dia dikenal bukan hanya karena keramahannya, tetapi juga karena tingkah lakunya yang "kocak se-RW". Menjelang perayaan HUT kemerdekaan, sebuah pengumuman ditempel di papan pengumuman balai desa. Ide ini dicetuskan oleh Karang Taruna, namun mendapat dukungan penuh dari Pak Lurah yang baru menjabat, Bapak Sudiro. Dan Pak Jono pun, dengan antusias mendaftar sebagai peserta. Pak ...

Keakraban yang Memuakkan

Image
Reno mengetik laporan terakhirnya dengan jari-jari kaku. Aroma kopi basi dan kertas fotokopi murahan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hari-harinya sebagai pekerja paruh waktu di kantor administrasi universitas ini. Namun, ada aroma lain yang lebih mengganggunya. Yaitu aroma basa-basi menjijikkan dan sentuhan-sentuhan "akrab" yang membuatnya mual. Pak Darma, dengan kopyah hitamnya yang selalu bersih dan kutipan ayat suci yang sering terlontar dari bibirnya, adalah sumber utama ketidak-nyamanan Reno. Di depan atasan dan orang luar, Pak Darma adalah sosok alim dan disegani. Tetapi, di balik nasehatnya itu, seringkali terdengar dia melontarkan komentar bernada menggoda yang dibungkus dengan dalih bercanda. Mahasiswi yang datang mengurus tugas akhir pun tak luput dari tatapan merendahkan dan pertanyaan-pertanyaan pribadi yang tak relevan. Awalnya, Reno yang lugu mengira itu hanyalah bagian dari "keakraban" budaya kerja di tempat ini, seperti yang sering didengun...

Tukar Refreshing

Image
Minggu pagi hari itu, Pak Udin sudah berdandan rapi, lengkap dengan topi lusuh andalannya. Dia menyemprotkan sedikit minyak wangi 'aroma laut' ke bajunya, berharap bisa menarik perhatian ikan-ikan betina di danau nanti. Tiba-tiba, suara motor butut Pak Said meraung di depan rumah. "Assalamualaikum, komandan! Siap tempur?" seru Pak Said dari atas motornya yang berasap. "Waalaikumsalam, Siap!" jawab Pak Udin bersemangat sambil menyandang tas pancingnya yang penuh harapan. Dia melirik ke arah pintu belakang, berharap Bu Siti, istrinya muncul dengan senyum dan bekal nasi bungkus andalannya. Benar saja, pintu terbuka. Tapi bukan senyum yang menyambut Pak Udin, melainkan Bu Siti yang cemberut dan sudah berkacak pinggang. "Mau ke mana pagi-pagi begini, Pak?" tanyanya dengan nada yang lebih tajam dari kail pancing baru. "Mau refreshing, Bu! Mancing sama Said!" jawab Pak Udin sambil berusaha mencium tangan istrinya, tapi Bu Siti menarik tangannya....

Maling Untung

Image
Untung sudah merencanakan aksinya di rumah Pak Jono selama seminggu. Katanya, Pak Jono baru saja membeli televisi layar datar merek Samsyong yang mahal. Malam yang ditentukan tiba, Untung dengan gugup memanjat pagar rumah Pak Jono. Baru saja Untung mencoba membuka jendela, tiba-tiba Pak Jono keluar rumah dengan tergesa-gesa sambil mengomel sendiri. "Aduh, pakek ketinggalan lagi? Padahal mau nonton bola pakek Samsyong baru!" Rupanya, Pak Jono lupa membawa belanjaannya, pesanan Bu Jono. Dengan kesal, Pak Jono meninggalkan pintu terbuka lebar dan pergi berjalan kaki ke Warung Mbok Ginah. Baru beberapa langkah, Pak Jono disapa tetangganya Pak Said, "Mau kemana lagi Pak?" Pak Jono berhenti sejenak, "Mau ambil telur di Mbok Ginah, ketinggalan" jawabnya. "Ngomong-ngomong, telur, telur apa Pak yang suka boong?" Pak Jono langsung melontarkan tebakan. "Telur..., suka boong?.." kata Pak Said sambil mengaruk-garuk jidatnya yang tak gatal, "Eng...

Senin Kelabu Bang Jampang

Image
Senin pagi itu, adalah Senin kelabu berat bagi Bang Jampang, seorang agen ekspedisi independen di sebuah gang sempit di Malang. Bagaimana tidak, hari itu dimulai dengan bunyi dering ponsel yang memekakkan telinga. Bukan dari pelanggan yang menanti paket, melainkan dari Mas Bro, bos ekspedisi pusat. "Bang! Ini kok return barang numpuk lagi kayak gunung Semeru?!" Suara Mas Bro di seberang sana terdengar seperti alarm sahur yang sudah kadaluarsa. Bang Jampang menghela napas. Dengan berat hati dia harus berangkat ke gudang transitnya, yang tak lain adalah kontrakan petak yang telah disewanya setahun ini. Gudang itu sudah sesak, bukan hanya oleh paket-paket yang gagal kirim, tetapi karena penerima paket yang masih mudik pulang kampung, belum balik membawa sanak familinya yang belum bekerja. Belum selesai pusing dengan return, matanya menangkap pemandangan menyebalkan lainnya. Sebuah mobil sedan berwarna merah parkir persis di depan pintu kontrakan, menghalangi akses keluar masuk t...

Hantu Auditor

Image
Adam menghela napas panjang, menatap bangunan Hotel Mahligai Abadi yang menjulang di hadapannya. Sebagai manajer baru, dia punya banyak pekerjaan rumah. Hotel mewah ini reputasinya sedang menurun, bukan karena fasilitasnya yang kurang, tapi karena isu-isu miring tentang pemborosan anggaran yang entah bagaimana bocor ke publik. Dia sama sekali tidak tahu menahu soal itu, tugasnya hanya bagaimana mendongkrak kembali citra hotel. Minggu-minggu pertama berjalan lancar, meski Adam merasakan ada keanehan kecil. Misalnya, laporan penggunaan handuk yang membengkak tidak masuk akal, atau jumlah camilan di ruang rapat yang selalu lebih banyak dari peserta. Awalnya Adam menganggap itu hanya kesalahan administrasi biasa. Namun, dia mulai curiga ketika ternyata laporan itu berasal dari instansi pemerintah yang sama, dengan faktur pembayaran yang nilainya jauh lebih tinggi dari perkiraan biaya sebenarnya. Suatu malam, saat Adam lembur memeriksa laporan keuangan, dia merasakan hawa dingin yang menusu...

Hantu Somay Rahasia

Image
Hari itu, Damar Surya duduk di ruang tunggu PT. Jaya Abadi dengan wajah kaku dan perut keroncongan. Kursi plastik biru yang didudukinya berderit tiap kali dia menggeser posisi, dan pendingin ruangan di langit-langit hanya menghembuskan angin semangat, tanpa suhu. Damar sudah datang sejak pukul delapan pagi. Kini, jam dinding menunjuk angka satu. Map lamaran di pangkuannya sudah lecek, dan sebotol air mineral tinggal seuprit. Damar menatap lurus ke depan, mencoba tegar seperti calon Satpam yang ideal dan jantan. Tetapi pikirannya tak bisa lepas dari satu hal, yaitu makan siang. Tiba-tiba, di tengah keheningan yang nyaris suci, aroma saus kacang mendadak menyeruak hidung Damar. Bukan aroma ilusi atau halusinasi akibat kelaparan, tetapi ini nyata, bau itu begitu tajam, pekat, dan menenangkan Damar. Damar menoleh. Dari sudut ruangan yang remang, muncul sosok pria paruh baya. Tatapannya kosong, wajahnya datar, mengenakan rompi lusuh dan topi koki yang miring ke kiri. Di tangannya ada piring...

Sowan Tahunan Ormas

Image
Hiruk pikuk suara knalpot motor yang meraung-raung memecah ketenangan pagi di kawasan pabrik PT. Untung Terus.  Bendera-bendera ormas dengan warna-warni mencolok berkibar liar di antara debu jalanan yang beterbangan. Puluhan motor, dikendarai bapak-bapak dengan jaket kebesaran organisasi, mulai memadati area depan gerbang. Ini dia, tradisi "sowan" tahunan yang selalu membuat perut Pak Jaya, sang pemilik pabrik, terasa mulas. Dua orang Satpam yang sedang berjaga di pos depan, berdiam diri tidak dapat menghadang atau pun meminta pulang, dan salah satunya berkomentar, "Wah, kali ini datangnya lebih pagi". Dari balik jendela kantornya, Pak Jaya mengintip dengan kening berkerut. Di ruangan itu bersamanya duduk Pak Herman, manajer personalia yang tampak gelisah. "Herman," tanya Pak Jaya tanpa mengalihkan pandangannya dari kerumunan di luar, "itu RUU TNI jadi disahkan atau belum sih?" Pak Herman, yang sedang membolak-balik berkas, menjawab tanpa menatap...

Perjalanan Bunga ke Kediri

Image
Bunga (nama samaran) berdiri di tengah riuhnya peron Terminal Batu. Peluh keringat mulai terasa membasahi pelipisnya. Ransel pink kesayangannya semakin terasa berat, bukan karena buku catatan dan laptop usangnya, tetapi karena beban pikiran tentang skripsi yang tak kunjung selesai. Sebagai mahasiswi semester akhir jurusan Sastra di salah satu universitas negeri di Malang, tenggat waktu wisuda yang sudah semakin dekat, membuat Bunga seringkali harus bolak-balik Malang-Kediri untuk menemui dosen pembimbingnya. Sore itu, hari Jumat sore, "Aduh," gumam Bunga sambil matanya menatap Bus Bagong yang baru datang dari Terminal Landungsari dan sudah hampir penuh. "Kok mesti penuh sih," keluhnya dalam hati. Bunga menyeret langkah perlahan, masuk bus, dan menyisir lorong sempit di antara kursi-kursi yang telah terisi berbagai macam penumpang dengan urusannya masing-masing. Beberapa penumpang tampak sudah terlelap dengan kepala menyandar di jendela yang berdebu. Ada yang asyik b...
Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Gulungan sang Raja

Desainer Agak-agak

Lurah Sukirman

Dibalik Aplikasi Jomblo Milenial

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Ada Semut Dibalik Gula