Lurah Sukirman

Pak Lurah Sukirman sedang resah. Duduk di kursi plastik biru yang sudah miring sebelah, dia menatap jalan desa yang sepi seperti dompet pegawai honorer akhir bulan. Isu tentang ijazah palsunya kembali menghangat seperti gorengan dua ribu dapat tiga, yang baru ditiriskan. "Katanya ijazah saya tidak terdaftar di Kementerian Pendidikan," gumamnya sambil mengaduk kopi sachet yang airnya kebanyakan. "Gimana ke daftar, lha wong dulu pas saya lulus, komputer aja masih langka. Apalagi database online!" Tiba-tiba, Jono, sopir pribadi sekaligus komentator tidak resmi urusan rumah tangga, muncul dari balik pagar. "Pak Lurah," katanya sok bijak sambil duduk di bangku sebelah, "jangan dipikir aneh-aneh soal anak. Anak itu rejeki dari Tuhan." Pak Lurah menoleh pelan. "Kamu itu ngomong apa to Jon? Anak-anak, lha aku nikah aja belum." Jono mengangguk, "Maaf ya Bos, situ sendiri yang ngaku, kalau situ jomblo," sembari tertawa kecil mengejek. P...