Dibalik Naiknya Belanja Sri
Purwanto hidup bersama istrinya di Semarang, Sri Wahyuni. Mereka menikah beberapa tahun yang lalu dan memiliki kehidupan yang berkecukupan.
Meskipun seperti itu, Purwanto sering bertanya-tanya dengan keputusan Sri untuk tidak ingin memiliki anak terlebih dahulu. Dia pikir, mungkin karena Sri masih ingin menikmati kehidupan berdua saja, atau sebab alasan lain yang tidak ketahuinya. Namun, Purwanto tidak pernah memaksa Sri untuk membahas hal itu lebih lanjut.
Beberapa tahun kemudian, Sri mulai meminta uang belanja yang sangat besar kepada Purwanto.
Awalnya, Purwanto pikir itu karena Sri ingin membeli sesuatu yang dia inginkan, tetapi ketika permintaan tersebut terus meningkat, Purwanto mulai merasa frustrasi dan stres. Apalagi ketika Sri mengancam bahwa jika Purwanto tidak memenuhi permintaannya, dia akan meminta bercerai.
Purwanto merasa bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi dengan istrinya itu. Dia berusaha mengerti, tetapi Sri tidak pernah menjelaskan alasan di balik permintaannya tersebut.
Purwanto mulai merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan mereka.
Sampai suatu hari, Purwanto memutuskan untuk meminta bantuan dari salah satu rekan kerja istrinya, dia meminta informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sayangnya hal tersebut tidak banyak membantu. Rekan kerja Sri hanya mengatakan jika istri Purwanto itu, belakangan lebih sering terlihat menyendiri.
Purwanto merasa semakin bingung dan khawatir dengan istrinya. Dia tidak bisa tidur, memikirkan apa yang mungkin terjadi pada Sri. Apakah dia memiliki masalah dengan pekerjaannya? Apakah dia memiliki hutang yang banyak? Atau apakah ada orang lain dalam hidupnya?
Dan pada suatu kesempatan, Purwanto memutuskan untuk mengikuti Sri dari jarak jauh, berharap bisa menemukan jawaban atas pertanyaannya. Dia mengikuti Sri ke sebuah daerah yang tidak terlalu familiar baginya, dan melihat Sri masuk ke dalam sebuah rumah sederhana.
Purwanto memilih menunggu di luar, berharap dapat menemukan petunjuk dari apa yang terjadi.
Setelah kurang lebih setengah jam, Sri keluar dari rumah tersebut, dengan wajah yang terlihat tertekan.
Purwanto kembali mengikuti Sri, dan ternyata Sri kembali ke rumah. Ketika mereka tiba di rumah, Purwanto langsung bertanya pada Sri tentang apa yang dia lihat sebelumnya.
Sri terlihat sangat terkejut dan tidak siap untuk membicarakan hal tersebut. Namun, setelah beberapa saat, dia memutuskan untuk memberitahu Purwanto tentang kebenaran.
"Mas, aku... aku telah menabrak seseorang setahun yang lalu," kata Sri, dengan suara yang bergetar. "Aku tidak bisa menghindari kecelakaan itu, dan orang tersebut meninggal. Saya sangat takut dan merasa bersalah. Namun keluarganya memintaku untuk membayar, agar mereka tidak melapor ke polisi."
Purwanto terkejut dan tidak percaya. "Mengapa kamu tidak memberitahuku tentang hal ini?" tanyanya.
"Aku takut kamu akan membenciku karena apa yang telah aku lakukan. Kamu sudah sering melarangku menyetir sendiri." jawab Sri, "Sebab katamu, aku sering sign ke kiri, tapi belok ke kanan."
Purwanto merasa sangat sedih, tetapi dia harus mendukung istrinya dalam situasi ini. "Kita akan menghadapi hal ini bersama," kata Purwanto. "Kita akan mencari cara untuk memperbaiki kesalahanmu bersama."
Sri terlihat sangat lega dan berterima kasih kepada Purwanto. Mereka berdua kemudian membicarakan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, dan bagaimana mereka bisa memperbaiki kesalahan Sri.
Comments
Post a Comment