Tukar Refreshing

Minggu pagi hari itu, Pak Udin sudah berdandan rapi, lengkap dengan topi lusuh andalannya. Dia menyemprotkan sedikit minyak wangi 'aroma laut' ke bajunya, berharap bisa menarik perhatian ikan-ikan betina di danau nanti.

Tiba-tiba, suara motor butut Pak Said meraung di depan rumah.

"Assalamualaikum, komandan! Siap tempur?" seru Pak Said dari atas motornya yang berasap.

"Waalaikumsalam, Siap!" jawab Pak Udin bersemangat sambil menyandang tas pancingnya yang penuh harapan. Dia melirik ke arah pintu belakang, berharap Bu Siti, istrinya muncul dengan senyum dan bekal nasi bungkus andalannya.

Benar saja, pintu terbuka. Tapi bukan senyum yang menyambut Pak Udin, melainkan Bu Siti yang cemberut dan sudah berkacak pinggang.

"Mau ke mana pagi-pagi begini, Pak?" tanyanya dengan nada yang lebih tajam dari kail pancing baru.

"Mau refreshing, Bu! Mancing sama Said!" jawab Pak Udin sambil berusaha mencium tangan istrinya, tapi Bu Siti menarik tangannya.

"Refreshing gundulmu! libur kerja sekali-kali sama anak, biar kamu itu tahu kebutuhan mereka. Rina itu PR-nya numpuk kayak cucian belum disetrika, Rio dari kemarin nangis minta dibelikan layangan naga yang bisa terbang sampai ke bulan Desember, dan Risa… ya ampun, sekali-kali mbok ya ikut coba ngurusi anak!"

Pak Udin menggaruk gundulnya yang tidak gatal.

"Alah, Bu, sebentar saja. Nanti sore saya bawain ikan buat lauk sekalian. Dijamin anak-anak langsung lupa sama PR dan layangan."

"Apa, lupa sama PR? Kamu sehat Pak! Makanya kalau ada pengajian di masjid dengerin tu Pak Kyai, jangan malah ngobrol maaancing aja sama Bapak-bapak lain!" omelan Bu Siti yang semakin menjadi.

Pak Udin hanya bisa menunduk diam tak bisa menjawab lagi.

Sedangkan Pak Said, hanya mampu melihat dan mendengar dari luar, "Seperti lakon ludruk Kartolo" batinnya.

"Loh, koq jadi gitu?" protes Pak Udin, mendengar ide Bu Siti bertukar peran untuk hari Minggu itu, di mana Pak Udin mengurus anak-anak, sedangkan Bu Siti bersama Pak Said pergi memancing. "Mau buat apa, Bu? Ibu kan nggak pernah mancing."

"Mau coba refreshing," jawab Bu Siti membalas. "Nanti sore saya bawain ikan buat lauk sekalian. Dijamin anak-anak pasti senang." sambil merebut tas pancing dari tangan Pak Udin.

Belum sampai Pak Udin bicara, Bu Siti sudah menghampiri Pak Said di atas motor. "Pak Said, ayok!" ajak Bu Siti

Pak Said yang melihat Bu Siti marah, "I..iya, Baik!" jawabnya dan segera menselah sepeda motornya.

Bu Siti naik ke boncengan motor Pak Said sambil melambaikan tangan ke Pak Udin yang melongo di depan pintu. "Kamu jaga anak-anak ya! Jangan lupa mandiin Risa! Assalamualaikum!"

Motor butut Pak Said meraung dan menjauh, meninggalkan Pak Udin yang berdiri terpaku dengan mulut menganga. Dia baru saja kehilangan alat pancingnya dan mendapatkan tugas menjaga tiga anak aktif tanpa bantuan.

Hari itu, adalah hari libur pertama Pak Udin menjadi 'ayah siaga'. Rina merengek minta dibantu PR matematika yang rumitnya minta ampun. Rio menerbangkan gorden, namun bukannya seperti naga, justru malah terlihat mirip kuntilanak terbang yang sedang puasa 40 hari. Dan Risa sebentar-sebentar menangis histeris setiap kali Pak Udin mencoba duduk barang lima menit.

Pak Udin yang biasanya hanya tahu cara menghitung laba rugi perusahaan, mendadak harus belajar aljabar, aerodinamika layangan, dan bahasa bayi tingkat lanjut.

Pak Udin juga sempat mengajak Rina untuk melihat tutorial di YouTube, untuk memecahkan soal matematikanya. Bukannya selesai, Pak Udin malah terkesima dengan paras cantik sang guru, bukan ke materi yang diajarkannya.

Hari Minggu berikutnya, Pak Udin mendapati Rio mengecat kucing tetangga menjadi biru, sementara Rina mencoba membuat ramuan 'penghilang ketombe' dari sampo dan kecap untuk proyek sekolahnya. Risa, dengan semangat eksplorasi, berhasil mengunci diri di kamar mandi. Pak Udin hanya bisa menghela napas sambil berpikir, "Ini sih mancing keributan!"

Memasuki Minggu ketiga berikutnya, pagi-pagi Pak Udin sudah terlihat seperti zombie yang baru keluar dari kuburan. Dia mencoba membuat sarapan, tapi entah kenapa telur dadarnya gosong di luar tapi masih mentah di dalam. Anak-anak menolak makan, dan dia terpaksa memesan bubur ayam yang langsung ludes dalam hitungan detik. "Ternyata, meeting dengan client lebih mudah dibanding meeting dengan anak-anak," desahnya.

Pak Udin mencoba menelepon istrinya, tapi yang menjawab malah suara Pak Said yang tertawa cekikikan di seberang sana. "Wah, Bu Siti dapat ikan banyak nih, Pak Udin!"

Hari Minggu keempat dan kelima berlalu seperti itu juga, dengan kekacauan yang semakin menjadi-jadi.

Hingga akhirnya, di hari Minggu keenam, ketika Bu Siti turun dari boncengan Pak Said, "Gimana, Mas? Seru kan jadi bapak rumah tangga?" goda Bu Siti sambil tertawa melihat penampilan suaminya yang acak-acakan. "Aku sekarang sudah jago lo mancingnya," seraya tersenyum lebar dan menunjukkan ember plastik yang penuh ikan besar-besar di tangannya. 

Pak Udin menatap istrinya dan Pak Said dengan tatapan lelah, tapi penuh tekad. "Siti… Said… kalian berdua keterlaluan!"

Bu Siti dan Pak Said saling pandang, penasaran merasa dianggap selingkuh.

"Mulai sekarang… tidak ada lagi acara mancing-mancingan dalam keluarga kita! Dan kamu, Said… jangan pernah lagi ngajak istriku mancing!" ancam Pak Udin yang disambut tawa terbahak-bahak Bu Siti.

Akhirnya, setelah melalui neraka tujuh hari minggu, Pak Udin dan Bu Siti sepakat untuk mengakhiri era 'mancing mania mantul' mereka. Alat pancing mereka pun diberikan ke Pak Said. Mereka berjanji untuk mencari hobi baru yang lebih 'ramah keluarga', yaitu tidur awal pekan bersama.

Pak Udin belajar satu hal penting, pekerjaan ibu rumah tangga justru lebih melelahkan dibanding pekerjaan kantor, dan tidak ada liburnya.

Dan salah satu alasan lain kenapa Pak Udin pensiun dari mancing, karena sebenarnya dia malu ternyata istrinya lebih jago mancing dibanding dirinya.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Kisah Horor: Panggilan Ayah

Antara Karma dan Nasib

Sahur Sendiri bersama Kunti

Dibangkitkan sebagai Pezina

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor