Maling Untung

Maling Untung

Untung sudah merencanakan aksinya di rumah Pak Jono selama seminggu. Katanya, Pak Jono baru saja membeli televisi layar datar merek Samsyong yang mahal.

Malam yang ditentukan tiba, Untung dengan gugup memanjat pagar rumah Pak Jono.

Baru saja Untung mencoba membuka jendela, tiba-tiba Pak Jono keluar rumah dengan tergesa-gesa sambil mengomel sendiri. "Aduh, pakek ketinggalan lagi? Padahal mau nonton bola pakek Samsyong baru!" Rupanya, Pak Jono lupa membawa belanjaannya, pesanan Bu Jono.

Dengan kesal, Pak Jono meninggalkan pintu terbuka lebar dan pergi berjalan kaki ke Warung Mbok Ginah.

Baru beberapa langkah, Pak Jono disapa tetangganya Pak Said, "Mau kemana lagi Pak?"

Pak Jono berhenti sejenak, "Mau ambil telur di Mbok Ginah, ketinggalan" jawabnya. "Ngomong-ngomong, telur, telur apa Pak yang suka boong?" Pak Jono langsung melontarkan tebakan.

"Telur..., suka boong?.." kata Pak Said sambil mengaruk-garuk jidatnya yang tak gatal, "Enggak tahu Pak!" sahutnya.

"Telur mata sapi, padahal aslinya telur ayam!" jawab Pak Jono sambil tertawa terbahak-bahak, melambaikan tangan, dan melanjutkan perjalanannya.

"Dasar tetangga stres" jawab lirih Pak Said, sambil berseru "Iya Pak!," dan mengacungkan jempol.

Untung yang melihat pintu ditinggalkan terbuka tentu saja terheran-heran. "Rezeki nomplok!" pikirnya. Dan dia langsung masuk ke rumah Pak Jono dengan santai.

Di ruang tamu, Untung kaget, televisi Samsyong yang diincarnya memang ada. Namun TV itu sedang digunakan Bu Jono untuk menonton sinetron kesukaannya, "Ikatan Kimia."

"Waduh, emak-emak jaman now, jogetnya velocity, sinetronnya Ikatan Kimia, makin Ilmu Pengetahuan Alam aja?", gumam Untung.

Tapi tidak berapa lama, "Wah rejeki nomplok lagi?" batin Untung yang melihat Bu Jono yang ternyata telah terlelap di kursi sofanya, dalam posisi duduk.

Untung pun melanjutkan aksinya. Dia langsung mendekati TV, berusaha mencopoti kabel-kabel, dan mengangkatnya.

Tetapi ketika baru saja akan mengangkat, "Paket!" teriak Abang paket dan ternyata sudah berdiri di depan pintu, melihat kearah Untung. 

Untung membeku, takut ketahuan. Dalam sepersekian detik, otaknya yang biasanya lambat, berpikir keras. "Oh, iya, sebentar..." jawab Untung mencoba peruntungan menyamar menjadi Pak Jono.

Untung meletakkan TV-nya lagi, lalu berjalan ke arah pintu. "Atas nama Bapak Untung?" tanya Abang Paket, sambil melihat daftar di tangannya.

"Betul... saya sendiri," jawab Untung sambil menerima dan memastikan nama tujuan yang tertera di paket itu.

Beberapa detik kemudian, "Loh kok saya," sadarnya.

"Tadi istri Bapak yang bilang, jika Bapak di sini," jawab Abang paket.

Untung mengerti, dan dengan cepat dia lakukan unboxing.

Di dalam paket itu tidak lain adalah buku berjudul "Kiat Sukses Maling Ayam dapat Hukuman Koruptor."

Merasa puas dengan pesanannya, Untung pun tidak lupa segera memvalidasi penerimaan dan memberi bintang lima pada sang Kurir.

Untung pun kembali berusaha mengangkat TV. Sayangnya dari luar, terdengar suara teriakan Pak Said, "Pak Jono, telur, telur apa yang sok pintar?"

Pak Jono yang kembali dari warung, dan sudah ahli dibidang tebak-tebakan, langsung menjawab, "Tahu telor!" dengan tampang mengejek.

Mendengar jawaban benar tersebut, Pak Said hanya bisa mengacungkan dua jempolnya dan membiarkan Pak Jono berlalu.

Karena sudah dekat, Untung segera meletakan TV-nya lagi, dan segera menyelinap di belakang tirai no. 4.

Pak Jono masuk ke dalam rumah sambil bersenandung kecil. Senandung itu tiba-tiba berhenti ketika mata Pak Jono menangkap pemandangan ruang tamu.

"Lho? Perasaan TV-nya, kok pindah?" gumam Pak Jono heran, mendekati letak televisi Samsyong kesayangannya. Ketika dia melihat kabel-kabel terlepas dan berantakan di belakang TV. "Jangan-jangan..." pikirnya ragu jika istrinya ingin menjual TV-nya itu agar uangnya dapat digunakan untuk ikut arisan.

Namun, keheranannya berubah menjadi keterkejutan ketika dia melihat jejak kaki sedikit berlumpur di lantai dekat TV, padahal dia yakin tadi pagi lantai itu bersih.

"Wah ini... pasti ini!" seru Pak Jono panik sambil melihat sekeliling. "Maling! Maling masuk rumah!"

Teriakan Pak Jono yang melengking membuat Bu Jono terbangun kaget dari tidurnya. "Ada apa toh, Pak? Ada apa?" tanyanya linglung, sembari mengusap-usap sesuatu yang mengalir di dagunya.

"Maling Bu! Maling... TV kita mau dimaling!" jawab Pak Jono histeris sambil berlari ke luar rumah, berteriak meminta bantuan warga.

Dalam waktu singkat, beberapa tetangga berdatangan dengan berbagai macam senjata seadanya. Mulai dari clurit, kapak, cangkul, cetok, sapu lidi, bahkan cikrak (serokan sampah). Entah mereka mau menangkap maling, atau malah mau kerja bakti.

Pak Said juga ikut datang dengan membawa raket nyamuk. "Ada apa, Pak Jono? Maling? Maling telur?" tanya Pak Said, ikut-ikutan panik meskipun tidak tahu situasinya.

Pak RT yang mendengar Said bertanya telur, "Telur apa sih kamu Id?"

"Telur Pak, telurnya Pak Jono?" jawab Pak Said.

"Kamu itu yo opo to? Ini tentang TV-nya Pak Jono, bukan telur?" sahut Bu Said sambil mengibaskan sapu lidi yang di bawanya ke muka Pak Said.

"TV?" jawab Pak Said mulai memahami.

 "Lagian kamu itu, mau nangkep maling atau nangkep nyamuk bawa kayak ginian!" tambah omelan Bu Said sambil menunjuk-nunjuk senjata yang di bawa Pak Said.

Untung yang mendengar ribut-ribut warga, semakin menciut di balik tirai. Tetapi ketika warga mulai masuk ke dalam rumah Pak Jono, dia beruntung lagi, dengan gerakan secepat kilat, dia berhasil menyelinap dan masuk ke kerumunan warga, berpura-pura ikut mencari maling.

"Mana malingnya, Pak Jono? Kok nggak ada?" tanya salah satu warga sambil celingukan.

Pak Jono menunjuk ke arah TV.

Untung ikut melihat ke arah TV dengan ekspresi terkejut. "Wah, nekat sekali maling ini, masih jam 8 malam gaess!" komentarnya, berusaha terdengar seperti warga biasa yang prihatin.

Bu Jono yang masih setengah sadar ikut menimpali, "Iya, Pak. Tadi saya tidur kok kayak ada yang gerak-gerak di dekat TV."

Warga terus menyebar ke seluruh penjuru rumah Pak Jono, dipimpin oleh Pak RT yang tampak paling sigap dengan pentungan Hansip di tangan. 

"Tidak ketemu malingnya Pak!" lapor salah seorang warga setelah mengintip di dapur.

Mendengar hal itu, Pak RT mengumpulkan warga, memutuskan untuk menyudahi pencarian, dan meminta warga untuk kembali ke rumah masing-masing. Serta tetap waspada. "Pastikan pintu dan jendela sudah terkunci dengan rapat. Jika ada hal-hal yang mencurigakan, jangan ragu untuk segera menghubungi saya atau perangkat desa lainnya." tuturnya.

Akhirnya, malam itu, Untung tetap menjadi maling yang beruntung.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Kisah Horor: Panggilan Ayah

Antara Karma dan Nasib

Sahur Sendiri bersama Kunti

Dibangkitkan sebagai Pezina

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor