Ada Semut Dibalik Gula
Di sebuah negeri subur makmur bernama "Tebuwana", hiduplah seorang menteri pertanian yang gagah perkasa, sebut saja namanya Pak Manis.
Negeri Tebuwana terkenal dengan hamparan tanaman tebunya yang luas, menghasilkan gula yang konon katanya semanis senyum "dimatamu".
Suatu hari, Pak Manis yang memang tidak ada kerjaan, meminta laporan lengkap transaksi penjualan gula dari seluruh pelosok Tebuwana.
Setelah berhari-hari berkutat dengan angka-angka yang membuatnya berkunang-kunang, Pak Manis terkejut bukan kepalang. Data menunjukkan, meskipun tebu membentang luas, tapi belum dapat dipanen, hingga negeri Tebuwana diprediksi akan kekurangan gula dalam waktu dekat, dan harus impor.
"Astaga!" kaget Pak Manis sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gundul. "Negeri ini gudangnya tebu, tapi kok malah kurang gula?"
Dengan semangat Bapak-bapak ikut lomba kemerdekaan, Pak Manis menghadap Pak Presiden dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Setelah menyampaikan penemuan "mencengangkan" itu dengan sambil membawa kantong gula kosong dan menangis tersedu-sedu dramatis, tentu dengan kamera yang di-zoom in dan zoom out berlebihan, usul impor pun disetujui dengan suara bulat.
Kemudian, tak perlu menunggu lama lagi, tender pun dibuka.
Di tengah hiruk pikuk persiapan impor, saat pembukaan tender, Pak Manis teringat pada seorang kolega lamanya, Koh Cuan.
Koh Cuan ini punya perusahaan kecil yang bergerak di bidang pembibitan bunga.
Tapi, dengan sedikit bimbingan dan suntikan modal dari kantong pribadi Pak Manis, perusahaan Koh Cuan di-sim salabim menjadi importir gula yang berhasil memenangkan tender.
Singkat cerita, sepuluh tahun berlalu. Pak Manis sudah pensiun dari jabatannya dan menikmati hari tua dengan tenang di sebuah villa mewah, bersama seorang anak dan dua orang istri.
Namun, ketenangan itu terusik. Ketika tersiar berita tentang dugaan korupsi mantan pejabat yang mencuat di media. Dan siapa sangka, nama Pak Manis terseret sebagai tokoh utama.
Rupanya, Pak Manis diduga kuat "bermain belakang" dengan perusahaan impor gula milik Koh Cuan.
Lebih spesifik lagi, Pak Manis diduga menerima "bagian" dari keuntungan perusahaan yang dulunya hanya menjual bibit bunga itu.
Sidang demi sidang dilalui Pak Manis dengan wajah membela diri. "Saya hanya ingin membantu teman lama mengembangkan usaha," kilahnya dengan nada polos, seolah lupa pernah menjabat sebagai menteri yang seharusnya bertindak netral.
Namun, dengan bukti-bukti transfer dana dan kepemilikan saham di perusahaan Koh Cuan yang satu per satu terungkap, semakin memberatkan Pak Manis.
Rakyat Tebuwana yang dulunya mengagumi Pak Manis, kini hanya bisa geleng-geleng kepala sambil bertanya-tanya, "Ternyata, ada semut di balik gula."
Dan akhirnya, Pak Manis harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya di hadapan hukum, sambil mungkin merenungkan, "Kenapa dulu saya tidak jadi presiden sekalian, biar kebal hukum. Meskipun sudah jadi mantan."
Comments
Post a Comment