Terlanjur Antri

Di taman kota yang ramai, seorang pria bernama Anton melihat antrian yang panjang. Dia melihat orang-orang di depannya ada yang memegang wadah makanan, dan ada yang terlihat sedang ingin membeli sesuatu. Namun kebanyakan dari mereka hanya berdiri diam, beberapa bahkan tampak bosan.

Tanpa pikir panjang, Anton memutuskan untuk masuk ke antrian.

Anton, yang merasa aneh dengan antrean yang tidak jelas di depannya, mencoba bertanya kepada orang di depannya, "Permisi, Mas. Ini antrean untuk apa ya?". Orang di depan hanya menoleh dengan tatapan kosong dan menjawab singkat, "Antrean saja." Semakin bingung, Anton kembali bertanya, "Iya, tapi antrean untuk apa?". Orang tersebut hanya mengangkat bahunya dan berkata, "Tidak tahu. Pokoknya antrean. Sudah dari tadi pagi ramai."

Kemudian, Anton mencoba mencari informasi dari orang yang berdiri di belakangnya, "Maaf, Bu. Ibu tahu ini antrean untuk apa?". Ibu itu tersenyum samar dan menjawab, "Loh, saya ikut Mas. Lihat banyak orang antri, saya ikut saja, pasti ada sesuatu."

Anton semakin merasa aneh. Dia melihat sekeliling. Tidak ada pengumuman, tidak ada petunjuk. Rasa penasarannya bercampur dengan sedikit kekesalan karena harus membuang waktu untuk sesuatu yang tidak jelas. Tetapi, karena dia sudah terlalu jauh dalam antrian, dia memutuskan untuk bertahan.

Waktu pun terus berjalan. Orang-orang di depan dan belakang Anton silih berganti datang dan pergi, namun inti antrean tetap sama: sekelompok orang berdiri tanpa tujuan yang pasti.

Anton beberapa kali mencoba bertanya lagi, namun jawabannya selalu sama, tidak memuaskan.

"Mungkin kata ibu tadi, ada kejutan," pikir Anton dalam hati, mencoba mencari pembenaran untuk keganjilan ini.

Akhirnya, setelah hampir satu jam berdiri dan bergerak perlahan, Anton semakin dekat dengan tenda. Dia bisa mencium samar aroma makanan yang lezat. Perutnya yang memang sudah lapar langsung bersemangat. "Ah, pasti ini antrean untuk makanan gratis!" pikirnya lega, menebak-nebak menu apa yang akan dia dapatkan. Apalagi di kiri tidak jauh darinya, terdapat tulisan Program Makan Siang Gratis Pak Wau Wau.

Ketika tiba giliran Anton, dengan antusias Anton berharap mendapatkan menu kesukaannya. Namun seorang relawan dihadapannya berkata, "Maaf Mas, jatah makan siang gratis sudah habis, ini karena sudah sore,"

Anton melihat jam di handphonenya dan sudah tertera jam 15:05. 

Tanpa bisa berkata-kata, sebab mereka tahu itu program makan siang gratis, bukan makan sore gratis. Anton dan orang-orang yang telah terlanjur mengantri dibelakangnya kecewa. Mereka pergi melanjutkan urusannya masing-masing, meskipun mereka tahu masih banyak menu-menu yang tersisa.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Kisah Horor: Panggilan Ayah

Antara Karma dan Nasib

Sahur Sendiri bersama Kunti

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Dibangkitkan sebagai Pezina