Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Nita

Nita pulang dari mendaki gunung.

Sesampai di rumah dia tidak mendapati Ayah dan Ibunya. Hanya Bibi Asisten Rumah Tangganya yang langsung menyuruhnya makan dengan sate.

Setelah mandi. Nita mendapat telpon dari Ayahnya untuk datang kerumah sakit. "Ibu sakit" kata Ayah.

Nita pun bergegas dan memesan Ojol (Ojek Online) atas nama driver Sarmin.

Sesampai dirumah sakit, Nita disambut oleh Ayah dan Neneknya, yang langsung mengantarnya ke ruang ICU.

Mendapati Ibunya koma, Nita pun menangis, lalu bertanya kepada Ayahnya, "Bapak, kenapa Nenek di sini, bukankah dia sudah meninggal dua tahun yang lalu".

Puji

Melihat Susilo sedang duduk sendirian di Pos Kampling, Puji menghampiri dan mengajak mengobrol tentang tetangga mereka yang meninggal di hari itu.

"Tumben-tumbenan yang meninggal sampai tiga orang" cletuk Puji.

Susilo hanya diam. Namun tak lama, Susilo berubah menjadi tiga sosok pocong, jenazah yang dimakamkan Puji sore itu.

"Terima kasih ya, telah menguburkan kami" ucap mereka berbarengan.

Puji pun lari.

Asep dan Komar

Jam menunjukkan setengah lima sore.

Asep dan Komar bertamu ke rumah Pak RT dan hendak menanyakan perihal jenazah Penjual Sate yang mereka temukan di Pos Kampling pagi harinya.

Hal ini penting, sebab Asep, Komar dan Paijo berstatus menjadi saksi, dan takut menjadi tersangka.

"Tenang, tidak apa-apa, dugaan sementara karena serangan jantung" kata Pak RT menenangkan.

Kemudian, Pak RT meminta untuk tidak perlu melakukan apapun selain menunggu instruksi selanjutnya dari Polisi.

"Justru kecurigaan Polisi adalah pada gerobak sate Badrun. Kenapa berada di dekat rumah Pak Hasan, bukan di Pos Kampling. Yang mana ketika Polisi hendak mencari informasi dengan bertanya ke Pak Hasan atau pun keluarganya, sampai sore ini justru rumahnya masih kosong" jelas Pak RT. "Ngomong-ngomong dimana Paijo?" tanya Pak RT mencoba menghentikan obrolan.

"Sakit Pak, dirumahnya" jawab Komar.

"Kok bisa, tadi siang aku lihat dia membonceng Biduan kampung sebelah?" 

"Nah itu, sayangnya, istrinya juga melihatnya" sahut Asep.

Susilo

"Sus, mau kemana?" panggil Sarmin yang sambil mengendarai sepeda motornya, dari arah belakang Susilo.

"Eh kebetulan, mau ke rumah mu" jawab Susilo.

Sarmin pun membonceng Susilo, sambil menceritakan bahwa pelet yang ditujukan ke istrinya, sepertinya sudah tidak mempan lagi.

"Mungkin kita perlu ke dukun itu lagi Bro" kata Susilo.

Sesampai tidak jauh dari rumah Sarmin, Susilo pun turun dari boncengan dan berjalan masuk. "Loh kamu ndak masuk Bro?".

"Enggak" jawab Sarmin sambil menggelengkan kepala.

Mendengar jawaban tersebut, Susilo merinding, menyadari jika kedatangannya kerumah Sarmin, adalah untuk ikut Yasinan, atas meninggalnya sahabatnya itu karena kecelakaan bersama Pak Hasan.

Pak RT

"Pak RT! Pak RT!". Sebuah teriakan dari luar rumah Pak RT.

Pak RT pun yang sedang ngopi sambil menonton berita pagi, melompat dan menuju ke arah datangnya suara.

"Ada apa Nem?" tanya Pak RT, begitu mengetahui panggilan itu adalah Inem.

"Anaknya Pak Hasan meninggal Pak" kata Inem sambil menangis.

"Innalillah, Nita?, baik Nem, aku tak ganti baju dulu, lalu kesana" jawab Pak RT.

Tidak lama, Pak RT bersama Bu RT datang ke rumah Pak Hasan yang sudah ramai dengan warga dan Tim SAR.

Tim SAR menjelaskan bahwa Nita meninggal karena Hipotermia dua malam sebelumnya.

"Pak, rumah ini memang kosong atau gimana? dari tadi tidak ada orang kami coba panggil-panggil" tanya salah satu anggota Tim SAR.

Pak RT menjawab "Ada kok, Inem, pembantu rumah ini, tadi dia juga yang panggil saya ke sini".

Tiba-tiba, terdengar teriakan Bu RT dan dua Ibu warga lainnya, dari arah pintu dapur.

Pak RT dan Tim SAR pun berlari menghampiri.

Di sana mereka menemukan Inem telah meninggal bunuh diri, menenggak racun tikus di kamarnya.

Setelah Polisi datang dan Inem diidentifikasi, ternyata dia sudah meninggal 12 jam sebelumnya.

"Lalu, yang dateng tadi pagi siapa?" tanya Pak RT dalam hati.

Tukang Sate

Seorang Ojol, menghampiri Badrun dan memesan 20 tusuk sate ayam.

Badrun yang memang penjual sate, segera menyiapkan arang dan kipasnya.

Mengetahui si Ojol baru saja memberikan pesanan kepada seorang Ibu-ibu yang juga baru membeli sate darinya, "Baru nganterin orderan Mas?" tanya basa-basi Badrun.

"Iya Pak, ibuk tadi order jasa belanja rancun tikus" jawab Bang Ojol.

Sambil tolah-toleh ke arah selokan dan tetap bermain handphone, "Memang banyak tikus ya Pak disini?" tanya balik Bang Ojol.

"Mungkin di rumah majikan ibuk itu yang banyak?"

Kemudian, tak lama pesanan Bang Ojol selesai.

Sambil menerima sate dan memberikan uangnya, "Bapak bukannya yang sering ngetem di Pos Kampling ujung sana ya?" tanya Bang Ojol.

"Iya Mas, di sana ada orang mati, jadi saya disini dulu" jawab Badrun.

Sedikit heran, Bang Ojol pun menstarter sepedanya dan beranjak pergi, melewati Pos Kampling yang mereka bicarakan.

Di sana, Bang Ojol melihat seorang laki-laki tidur terlentang, dengan mulut menganga, dan dengan pakaian yang mirip dikenakan Badrun.

Sarmin

Selepas menurunkan anak SD, penumpangnya, Sarmin berhenti sejenak di pinggir jalan, untuk mengecek pendapatannya pagi itu.

Sarmin bukanlah Ojol yang ambisius.

Sifat malasnya, membuatnya berprinsip, asalkan pendapatan per harinya cukup untuk makan dia dan istrinya, dia tidak mau menerima order lagi. "Toh warisan istriku banyak, ngapain susah-susah" pikirnya.

Tidak jauh di belakang Sarmin, terdengar seorang Bapak-bapak dan Ibu-ibu sedang bertengkar tentang perselingkuhan di dalam Mobil.

Yang mana.

Tiba-tiba, "Bruak!".

Mobil itu lepas kendali dan menabrak Sarmin.

Sarmin dan si Bapak-bapak meninggal.

Sedangkan si Ibu-ibu selamat, yang kemudian koma di rumah sakit.

Sopir Ambulan

Setelah menjemput jenazah bunuh diri dan mengantarkan jenazah korban kecelakaan yang ternyata beralamat sama, Aziz yang merasa capek, mencoba terlelap di kemudi Ambulan yang menjadi pekerjaannya.

Diantara sadar dan tidaknya, Aziz ketindihan.

Dan merasa seorang Ibu-ibu sedang duduk disampingnya dengan membawa janin yang besarnya hanya sebesar telapak tangan.

Kemudian, Ibu-ibu itu menangis dan merintih "Sakit..sakit..sakit".

Aziz pun terbangun dengan nafas tersengal-sengal.

"Bukankah itu Ibu-ibu yang bunuh diri dan kuantarkan tadi?" ucapnya sendiri.

Maya

Semenjak meninggalnya Nita, tiap tengah malam, Maya di datangi oleh arwah temannya tersebut.

Nita selalu tiba-tiba berdiri disamping ranjang, membangunkan dan meminta Maya menyampaikan pesan kepada Ibunya.

"Baik Nita, besok kalau Ibumu sudah tersadar dari koma, akan kusampaikan permintaan maafmu kepada ibumu" jawab Maya.

Maya merasa bersalah, kenapa membiarkan Nita ikut mendaki gunung dengan perbekalan dan pakaian seadanya, hanya karena ingin pergi dari rumah. Apalagi karena dia hanya tidak sengaja mendengar Asisten Rumah Tangganya meminta pertanggug-jawaban atas bayi yang dikandungnya kepada Ayah Nita.

Namun karena malam itu sudah malam kesepuluh, dan Maya memang sedang sangat capeknya. "Besok chat saja, gak perlu datang kesini" pungkasnya, tidak sadar kalau temannya itu sudah meninggal.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Hantu Mudik Sekeluarga

Antara Karma dan Nasib

Dibangkitkan sebagai Pezina

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Bu Lia sang Dosen Fisika

Pasar Wagean

Si John Thor

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa