Office Boy yang Malang
Di sebuah gedung perkantoran yang terletak di pusat kota, seorang office boy bernama Adi. Dia adalah seorang pemuda yang hidupnya penuh dengan kesulitan. Gaji yang diterimanya setiap bulan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Suatu hari, agar bisa terlihat seperti teman-temannya, Adi memutuskan untuk berhutang dan membeli ponsel baru secara kredit. Dia ingin memiliki smartphone dengan jumlah kameranya tiga, dengan lingkar ukuran lensa kamera yang besar.
Adi tidak peduli, jika keputusannya itu berakibat pengurangan jatah makannya tiap bulan, "Yang penting bisa bergaya agar bisa cepat dapat pacar" katanya.
Sampai suatu waktu, saat Adi bekerja, dia merasa sangat lelah dan pusing. Dia mencoba untuk tetap fokus, tetapi kepalanya terus berdenyut-denyut. Dan akhirnya, dia tidak tahan lagi dan pingsan saat mengepel lantai.
Ketika rekan-rekan Adi menemukannya, mereka terkejut melihat wajah Adi yang sudah pucat pasi dan nafasnya yang tersengal-sengal.
Mereka pun segera memanggil ambulan. Tetapi sayangnya, nyawa Adi tidak bisa diselamatkan.
Dokter yang memeriksa Adi tidak menemukan penyebab pasti kematiannya. "Kemungkinan besar akibat kegagalan fungsi organ, karena kecapekan yang ekstrim" kata dokter.
Namun beberapa rekan kerja Adi berspekulasi bahwa kematian itu disebabkan oleh kekurangan gizi, karena Adi tidak bisa makan dengan baik dan harus membayar cicilan ponselnya.
Beberapa hari setelah kematian Adi, keanehan mulai menghantui kantor. Rina, yang sering pulang larut, melihat bayangan Adi mengepel di lorong. Tomi seringkali mendengar suara gemericik air di kamar mandi, padahal tak ada siapa pun di sana. Dan ponsel baru Adi, yang masih di laci meja, seringkali kali berdering sendiri, meskipun tidak ada yang mengisi ulang baterainya.
Tragedi Adi memberikan pelajaran, jika tidak hanya gaji, namun juga kesejahteraan karyawan juga perlu dipikirkan. Meskipun perusahaan tidak dapat memberikan gaji tambahan, perusahaan dapat memberikan pelatihan-pelatihan ketrampilan tambahan lainnya. Agar karyawannya memiliki peluang untuk mengembangkan diri, seperti membuka usaha sendiri atau mencari pekerjaan lain dengan penghasilan yang lebih baik. Tidak seperti Adi, yang ingin membeli ponsel saja, harus memangkas jatah uang makannya, hingga kurang gizi.
Dengan demikian, perusahaan tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah, tetapi juga tempat untuk tumbuh dan berkembang bagi karyawannya.
Comments
Post a Comment