Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Maskur

Setelah lembur semalaman, jam tiga dini hari itu, Maskur pulang ke kontrakannya.

Begitu membuka pintu, Maskur mendapati Suri, istrinya sedang menonton TV.

Maskur pun langsung mandi.

Dan ketika selesai dan keluar kamar mandi, yang bersamaan dengan suara Adzan Subuh, Maskur hanya mendapati TV-nya masih menyala, dan Suri pergi entah kemana.

Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, "Iya, nanti sore aku ke kuburmu, kemarin aku masih sibuk" kata Maskur.

Saiful

Dini hari itu, Saiful tertidur di dipan, depan kontrakannya.

Merasakan kakinya ditepuk-tepuk, dan mendengar suara istrinya memanggil-manggil untuk pindah ke kamar, Saiful pun terbangun.

Ketika duduk, diantara sadar dan tidaknya, bukannya istri, melainkan sesosok Pocong yang sedang berdiri dihadapannya.

Saiful kaget dan pingsan.

Rozi

Malam itu, Rozi sedang duduk-duduk di kursi depan kamarnya sambil bermain HP.

Tiba-tiba, samar-samar Rozi melihat seorang wanita sedang berada di atap rumah kosong, tidak jauh dari kontrakannya itu.

Wanita itu tampak sedang menggapai-gapai, "Layangan" tebak Rozi. Yang mana dibawahnya, memang terdapat dua anak kecil seperti sedang menunggu.

"Janda bohai neh!" sumringah hati Rozi.

Dan tanpa berpikir panjang lagi, Rozi pun berlari berniat menolong.

Tentu dengan pamrih mestinya.

"Kenapa Dek?" tanya Rozi dengan arah tatapan mata tetap ke arah atap, tanpa menoleh ke kedua anak kecil itu.

"Mama Om" jawab kedua anak kecil itu.

Karena tidak terlihat, maka Rozi pun segera menyusul dengan memanjat pohon, yang Rozi kira, si Wanita itu juga pasti memanjat melalui pohon tersebut.

Begitu kepalanya nongol di atap, bukannya janda cantik, Rozi disambut muka Kuntilanak yang sedang meringis tepat dimukanya.

Rozi pun kaget dan melompat.

Sayangnya, Rozi lupa kalau dia melompat dari dahan pohon, setara lantai dua.

Angga

"Hai Dek, lagi gambar apa?" sapa Faiz kepada Angga, di tangga menuju kamarnya di lantai dua.

"Gambar Kakak-kakak yang di sana?" jawab anak umur tujuh tahun itu, sambil menunjuk ke kamar nomor 2.1 dengan pensilnya.

Faiz pun menoleh sebentar ke arah kamar tersebut. Dan hanya melihat Rozi yang sedang ngopi di depan kamarnya, Kamar 2.2.

Namun, setelah melihat dengan seksama apa yang digoreskan Angga di buku gambarnya itu, Faiz kaget, menyadari bahwa yang digambar Angga adalah seorang wanita yang sedang bermain ayunan dengan tali di leher.

Ojol Sarmin

Setelah ngopi bareng di warung Mbok Jinah bersama Djamil, Sarmin langsung beranjak menaiki sepeda motor, menjemput orderan penumpang atas nama Faiz.

Merasa sudah dekat, Sarmin pun berhenti di depan rumah kosong, untuk mencoba menghubungi si Penumpang, mengabari bahwa dirinya sudah sampai di dekat lokasi penjemputan.

Suasana yang kurang penerangan, membuat Sarmin merinding.

Tiba-tiba.

"Grubuk!" sebuah suara sesuatu jatuh, tidak jauh di belakang Sarmin, yang disusul erangan minta tolong.

Karena langsung berpikir itu hantu, tanpa dilihat lagi, Sarmin pun langsung putar gas sepeda motornya.

Tak lama dalam pelariannya itu, Sarmin mencoba mengintip ke belakang melalui spion.

Dan, "Benarkan!" kata Sarmin. Dia melihat dua tuyul botak kecil, yang ikut di boncengan dan menatapnya sambil meringis.

Arman

Malam itu, Arman pulang kerja shift sorenya, jam 12 malam. Merasa bahu kanannya berat, "Pasti ikut nih si Nenek" payahnya dalam hati.

Ketika mencuci tangan di kamar mandi, Arman mendengar suara "Dug, dug, dug!" dari arah pintu kamarnya.

Begitu membuka pintu, Arman tidak menemui siapa-siapa.

Arman pun mengabaikan.

Karena capek, setelah makan nasi goreng yang dibelinya, Arman langsung tidur, tanpa sholat Isya terlebih dahulu.

Lalu, tidak lama, Arman bermimpi, hantu nenek-nenek kamar mandi, yang ditemuinya beberapa malam sebelumnya, sedang berkelahi, jambak-jambakan dengan kuntilanak di atap kontrakannya.

Heru

Sehabis menolong Rozi yang jatuh dari pohon, Heru mengajak Saiful ngopi di dipan, depan kontrakannya.

Jam sudah menunjukkan hampir pukul satu dini hari, karena sedang bertengkar dengan istrinya, Saiful berencana numpang tidur di kamar Heru, di lantai dua.

Meskipun sudah ngopi, hanya dalam 15 menit, Saiful terlelap.

Karena sungkan membangunkan, Heru masuk ke kamarnya dan membiarkan pintu tidak terkunci, "Siapa tahu Saiful menyusul ke kamar" pikirnya.

Sekitar satu jam kemudian, Heru yang sudah tertidur, ditepuk dan mendengar Saiful yang tergopoh-gopoh berkata "Kamu itu, kok ndak bangunin aku seh!".

Karena ngantuk, Heru mengabaikan hal itu, dia hanya bergeser, memberi ruang dan merasakan desakan Saiful tidur di sampingnya.

Ketika terbangun jam 6 pagi, Heru tidak menemukan siapa-siapa di sampingnya.

Selesai mandi dan berangkat kerja, Heru melihat Saiful masih tidur di dipan, dengan posisi seperti orang pingsan.

Aan

"Kata Pak Doel, dulu ada yang meninggal bunuh diri di lantai dua" kata Aan yang sedang makan bersama Saiful, di warung Mbak Yah.

Mendengar nama yang tidak asing, "Pak Doel siapa?" tanya basa-basi Saiful, untuk memberi jeda ingatannya, mengulik kembali Doel yang dimaksud tetangga kamar barunya itu.

Tidak lama, Saiful ingat, jika Pak Doel yang dimaksud Aan, adalah kerabat Pak Haji pemilik kontrakan, yang sempat tinggal di sebelah kamarnya, setahun yang lalu.

"Kamar 1.5 itu lo gudang" kata Saiful. "Kalau yang bunuh diri, itu istrinya Maskur. Konon dia punya penyakit kronis. Dan dia bunuh diri supaya tidak menyusahkan suaminya, katanya".

"Lalu Pak Doel?" tanya Aan lagi.

Sambil menyeruput teh manisnya, Saiful menjawab "Coba kenalan lagi kalau ketemu".

Pak Eko

"Serem juga ya Pak, kontrakan ini?" tanya Raffy kepada Pak Eko, yang sedang berangkat bareng ke pabrik, tempat di mana mereka bekerja.

Meskipun Raffy tidak mengalaminya sendiri, dia berkata seperti itu, sebab sering mendapat cerita dari beberapa penghuni kamar lain, bahwa ada Kuntilanak dan Pocong yang sering menampakkan diri ke warga kontrakan.

Pak Eko yang sudah menghuni lebih dari lima tahun bersama keluarganya, justru jarang mendapat gangguan.

"Si Kuntilanak adalah perwujudan dari Janda kaya, pemilik kontrakan kita sebelumnya. Dia main tuyul. Dan ketika si Tuyul minta tumbal, yang mana si Janda tidak dapat memenuhinya, maka dia sendirilah yang jadi tumbal" ulas Pak Eko . 

Pak Eko juga menyebutkan, rumah kosong yang terletak depan kontrakan, dulunya adalah rumah si Janda itu.

"Kalau si Pocong yang sering benturin jidatnya ke pintu kamar itu, dia adalah kerabat Pak Haji, yang meninggal sakit di Kamar 1.5. Katanya sih karena kepikiran hartanya habis buat bayar hutang istri mudanya yang lari entah kemana" tambah Pak Eko.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Hantu Mudik Sekeluarga

Antara Karma dan Nasib

Dibangkitkan sebagai Pezina

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Bu Lia sang Dosen Fisika

Pasar Wagean

Si John Thor

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa