Ilmu Mengumpulkan Gobog
Di jantung Majapahit, di dalam kompleks perguruan Bhayangkara yang terkenal dengan para pendekarnya yang sakti, tinggallah seorang pemuda bernama Jaka Blarak.
Jaka Blarak, meskipun tangkas dalam ilmu pedang dan silat, dia memiliki kelemahan yang mencolok, yaitu boros.
Setiap kali mendapat gobog (mata uang Majapahit), upah hasil menangkap begal dan pembelot, dia menghabiskannya hanya untuk membeli makanan mewah di warung sekitar istana, pakaian sutra dari Tiongkok, dan pernak-pernik emas yang berkilauan.
Akibatnya, Jaka Blarak sering kehabisan gobog dan terpaksa meminjam dari teman-temannya seperguruan.
Suatu hari, setelah menghabiskan seluruh gobognya untuk membeli rujak cingur termahal di pasar, Jaka Blarak bertemu dengan seorang pengemis tua renta di pasar Bubat, yang dikenal dengan nama Ki Gede Dewe.
"Wahai anak muda, mengapa wajahmu muram begitu? Apakah rujak cingur itu tidak enak?" tanya Ki Gede Dewe sambil terkekeh.
"Ah, bukan begitu, Ki Gede," keluh Jaka Blarak.
"Rujak cingurnya Mak Lampor memang lezat, tapi kantong gobogku yang menangis sekarang. Aku kehabisan gobog, padahal aku ingin sekali membeli keris baru yang berkilauan itu." jawab Jaka Blarak sambil menunjuk ke keris, yang terpampang di etalase Mpu Gondrong.
"Mpu Gondrong?" ucap lirih Ki Gede Dewe, menebak nama itu akan lucu di masa depan. "Kau ini seperti air di daun talas, mudah sekali mengalir. Kau perlu belajar ilmu baru anak muda." sarannya.
"Ilmu baru, maksud Aki?" tanya Jaka Blarak penasaran.
"Kamu telah menguasai ilmu mengeluarkan gobog, sudah saatnya kamu belajar menguasai ilmu mengumpulkan gobog." jelas Ki Gede Dewe sambil melompat lalu memasang kuda-kuda.
"Ilmu mengumpulkan gobog? Apakah itu jurus silat baru yang bisa mendatangkan gobog berjatuhan dari langit, Ki Gede?" tanya Jaka Blarak dengan mata berbinar.
"Hahaha, bukan anak muda. Ilmu ini tentang bagaimana cara menahan hawa nafsu belanja, seperti menahan air, agar tidak mudah mengalir," jelas Ki Gede Dewe.
Jaka Blarak penasaran, lalu dia memohon meminta petuah Ki Gede lebih lanjut, dengan sambil makan rawon di kedai Ken Arang. Tentu dengan gopog Ki Gede Dewe.
Ki Gede Dewe sempat mengumpat karena dia yang membayar rawon, namun dia tetap bijak dan mengajarkan Jaka Blarak tentang seni mengatur pengeluaran, menabung, dan berinvestasi dalam perdagangan rempah.
Jaka Blarak, dengan tekun, mempelajari setiap nasihat Ki Gede Dewe dan mempraktekkannya. Sampai beberapa tahun kemudian, dia berhasil menjadi salah satu bangsawan di Majapahit.
Jaka Blarak menyadari bahwa "Ilmu Mengumpulkan Gobog" jauh lebih berharga daripada ilmu pedang yang dia pelajari di padepokan, tempat dia belajar silat.
Comments
Post a Comment