Bus Hantu Pasuruan Probolinggo


Karena ada pekerjaan mendadak, sore itu Amin pulang agak terlambat.

Seperti akhir pekan biasanya, Amin pulang ke Desa Pilang, Kecamatan Kademangan, Probolinggo.

Entah oleh sebab apa, sore itu, semenjak Amin keluar dari pabrik, perasaan tidak enak menyelimutinya.

Namun karena Amin ingin segera sampai dirumah, dia tidak menghiraukan keanehan yang terjadi di sekitarnya.

Jam tangan Amin menunjukkan pukul 7 malam. "Terima kasih Pak" ucapan Amin kepada Ojek online, yang mengantarkannya sampai di depan Terminal Bus Pasuruan.

Dalam langkahnya masuk terminal, tiba-tiba seorang wanita berumur sekitar 30 tahun bertanya ke Amin "Pak, ini benar terminal bus ya?".

"Iya Mbak, benar" jawab Amin.

Dalam hatinya, semula Amin ingin menertawakan pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan itu. Dengan tulisan 3D "Terminal Pasuruan" di gapura pintu gerbang di depan terminal, harusnya semua orang sudah tahu dan tak perlu bertanya.

Namun ketika dia melihat sendiri suasana terminal yang sepi dan hanya satu bus saja yang sedang parkir, membuat dia malu dan bertanya ke diri sendiri memastikan "Ini benar terminal bus Pasuruan?".

Amin terheran-heran, apalagi tata letak bangunan terminal tersebut tidak seperti yang dia pernah dilihat sebelumnya.

Tetapi karena capek, "Ini ke Probolinggo Pak ya?" tanya Amin ke seseorang lelaki tua yang berada di bangku supir, bus yang sedang parkir di dekat pintu masuk.

Supir itu hanya menjawab dengan mengangguk, tanpa menatapkan matanya ke arah Amin.

Mendapat jawaban seperti itu, Amin pun langsung duduk di bangku nomor dua, dan tanpa terasa matanya tertutup, tertidur akibat kelelahan pekerjaan tambahan di pabrik tadi.

Tidak berapa lama kemudian, bus berangkat dengan hanya terdapat lima orang penumpang di dalamnya.

Begitu merasakan bus bergerak, Amin pun terbangun, dan segera mempersiapkan ongkos bus yang kala itu hanya Rp 9000.

Anehnya, selama diperjalanan tidak ada kondektur yang menarik ongkos bus. Begitu juga dengan para penumpang, mereka saling terdiam dan tidak ada yang saling mengobrol.

"Biasanya akhir pekan, ramai dan berjubel?" gumam Amin.

Dan begitu sampai di Desa Pilang, Amin pun akhirnya memberikan ongkos, sambil berkata "Perempatan depan Pak!", isyarat kepada supir untuk berhenti.

Begitu turun dari bus, Amin kaget melihat jam di tangan kirinya, sudah menunjukkan jam 2 pagi.

Padahal dengan perjalanan Pasuruan-Probolinggo menggunakan bus, harusnya dia sudah sampai jam 9 malam sebelumnya, satu jam perjalanan saja.

Amin bingung, dan semakin bingung ketika seorang tukang sate yang dibelinya di pinggir jalan, berkata bahwa jika dia melihat Amin bukan turun dari bus, melainkan dibonceng memakai sepeda kayuh, oleh lelaki tua semenjak lampu merah dipertigaan arah dari Pasuruan tadi.


Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Dibangkitkan sebagai Pezina

Hantu Mudik Sekeluarga

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Antara Karma dan Nasib

Nyikut untuk Menjadi Profesor

Sebuah Solusi Kekerasan Rumah Tangga

Hadiah Istri 70 Bidadari

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa

Si John Thor

Hantu Jembatan Universitas