Putaran Roda Ekonomi melalui Jajan Bergizi Gratis

Desa Sukamaju, Pak Kades, kepala desa yang baru terpilih, mencanangkan program jajan bergizi gratis untuk seluruh siswa sekolah dasar. Alasannya sederhana, dia hanya ingin anak-anak desa tumbuh cerdas dan kuat, agar kelak bisa membangun desa menjadi lebih baik. Dan semakin mempercepat roda ekonomi yang sebagian besar penduduknya adalah petani.

Namun, akibat program tersebut, muncullah beberapa masalah yang cukup terhitung pelik.

Bendahara desa, Pak Mardi, tiba-tiba menyerahkan surat pengunduran diri. Dia merasa tidak sanggup mengelola keuangan desa untuk program jajan bergizi gratis yang ambisius itu. "Anggarannya terlalu besar, saya khawatir, saya tidak bisa mempertanggung-jawabkannya," ujar Pak Mardi.

Kekhawatiran Pak Mardi menyebar seperti api di ladang kering. Warga Desa Sukamaju mulai berbisik-bisik, mempertanyakan kemampuan Pak Kades dalam mengelola desa.

Beberapa orang tua bahkan ragu mengizinkan anak-anak mereka mengikuti program jajan bergizi gratis, takut ada sesuatu yang tidak beres dengan makanan yang disajikan.

Sementara itu, di pasar desa, tiba-tiba harga kebutuhan pokok melonjak tinggi. Hal ini selain dikarenakan para petani menaikkan harga hasil panen mereka, agar sebanding dengan biaya produksi, dan sebab tahu jika Pak Kades pasti akan membeli dari mereka berapa pun harganya, untuk mendukung program jajan bergizi gratis.

Selain itu, isu ketidak-percayaan juga membuat para pedagang dari kota enggan memasok barang ke Sukamaju. Ditambah, beberapa investor yang sebelumnya tertarik untuk membangun pabrik pengolahan hasil bumi, kini mereka enggan dan menarik diri.

Salah satunya adalah PT. Agromakmur, sebuah perusahaan yang berencana membangun pabrik pengolahan singkong modern di desa tersebut. Mereka telah melakukan survei lahan, menandatangani nota kesepahaman, dan bahkan mulai merekrut tenaga kerja lokal. Namun, dengan kabar pengunduran diri Pak Mardi dan ketidak-jelasan pengelolaan keuangan desa, mereka angkat kaki dan khawatir investasi mereka tidak akan aman.

Di tengah kebingungan itu, munculah Bu Lastri, seorang ibu rumah tangga yang dikenal cerdik dan pandai berhitung.

Bu Lastri menawarkan diri untuk membantu Pak Kades. "Saya bisa bantu mengawasi penggunaan dana desa, Pak," ujarnya dengan suara mantap. "Saya juga akan berkoordinasi dengan ibu-ibu PKK lainnya, untuk dapat menyediakan bahan untuk pembuatan jajanan dengan harga terjangkau."

Pak Kades, menerima tawaran Bu Lastri dengan senang hati. Bersama-sama, mereka mulai menyusun cash-flow pemasukan dan pengeluaran dana desa untuk program jajan bergizi gratis, setahun kedepan.

Bu Lastri dengan teliti memetakan pembelanjaan. Dia memastikan pembelian bahan dengan mendahulukan ke petani-petani atau pedagang lokal desa sendiri. Baru jika tidak ada, memesan ke petani dan pedagang tetangga desa.

Bu Lastri juga menerapkan metode pembelian bergilir dan berlangganan, menghindari monopoli, sehingga dia bisa mendapatkan negosiasi harga murah, menekan biaya operasional, serta memberikan pilihan pembeli yang pasti untuk hasil tani rakyat.

Selain itu, untuk juru masak, Bu Lastri juga membuat sistem giliran, terutama kepada ibu-ibu PKK dan pemudi-pemudi desa yang belum bekerja, agar semua penduduk rata mendapatkan kesempatan untuk bekerja dan menikmati upah dari memasak jajan.

Dan tidak kalah pentingnya, Bu Lastri juga memberikan edukasi pajak disetiap transaksi yang dilakukannya, agar warga tahu sumbangsih dan asal pendapatan desa mereka.

Perlahan tapi pasti, akibat campur tangan Bu Lastri, kepercayaan warga mulai pulih. Dengan terciptanya lapangan pekerjaan dan aliran roda ekonomi yang adil dan merata, warga mendukung penuh program jajanan bergizi gratis Pak Kades.

Pak Kades, yang awalnya merasa kewalahan, mulai mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. Dengan bantuan Bu Lastri, beliau akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan ke program-program kerja berikutnya. Termasuk, tugas beliau menarik kembali investor agar bersedia menanamkan kembali modalnya di desa.

Akhirnya desa Sukamaju perlahan-lahan mulai bangkit. Semangat gotong royong dan tekad untuk memperbaiki keadaan, sekarang menjadi kekuatan utama mereka. Mereka belajar bahwa di tengah kesulitan, selalu ada harapan, asalkan mereka mau bekerja sama dan tidak menyerah.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Kisah Horor: Panggilan Ayah

Antara Karma dan Nasib

Sahur Sendiri bersama Kunti

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Dibangkitkan sebagai Pezina