Inovasi yang Menggusur Inovatornya

Cahaya lampu LED di lini produksi pabrik itu biasanya monoton, menerangi deretan kaca yang bergerak lambat.

Tetapi, beberapa bulan terakhir, ada semangat baru di sudut ruangan. Togar, seorang engineer muda dengan rambut sedikit acak-acakan dan mata berbinar, sedang mengutak-atik layar komputernya. Dia baru saja menyelesaikan mahakaryanya, yaitu sebuah aplikasi deteksi crack pada kaca lampu LED berbasis kecerdasan buatan.

Awalnya, banyak yang skeptis. “AI untuk retakan kecil? Bukankah mata manusia sudah cukup?” celetuk Pak Sitompul, kepala produksi yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia lampu.

Namun, Togar gigih. Dia melatih algoritmanya dengan ribuan gambar kaca, dari yang mulus sempurna hingga yang retaknya nyaris tak terlihat.

Hasilnya luar biasa. Aplikasi Togar bekerja jauh lebih cepat dan akurat daripada inspeksi manual.

Tingkat cacat produk menurun drastis, dan kualitas lampu yang keluar dari pabrik, meningkat pesat. Pujian datang dari berbagai pihak, bahkan dari kantor pusat.

Pak Sitompul pun kini sering menepuk bahu Togar dengan bangga.

Togar sendiri merasa terbang. Dia yakin, dengan kontribusi sebesar ini, status kontraknya yang tinggal beberapa minggu lagi pasti akan berubah menjadi karyawan tetap.

Togar sudah membayangkan obrolan santai di kantin sebagai bagian dari tim inti, bukan lagi sekadar “anak kontrak” yang datang dan pergi. Algoritmanya bukan hanya mendeteksi retakan, tapi juga seperti membuka jalan lurus menuju masa depan yang pasti di pabrik ini.

Hari pengumuman perpanjangan kontrak pun tiba.

Togar datang dengan senyum optimis. Akan tetapi, senyum itu perlahan memudar saat namanya tidak disebutkan di antara daftar karyawan yang diperpanjang. Dia dipanggil ke ruangan Pak Sitompul.

“Togar, aplikasi kamu luar biasa. Kami sangat berterima kasih,” kata Pak Sitompul dengan nada menyesal. “Kualitas produk kita meningkat signifikan berkat dedikasimu.”

“Lalu… kenapa kontrak saya tidak diperpanjang, Pak?” tanya Togar, suaranya tercekat.

Pak Sitompul menghela napas. “Begini, Togar. Aplikasi kamu sudah sangat stabil dan efektif. Tim internal kami juga sudah kamu latih untuk mengoperasikannya dan melakukan pemeliharaan dasar. Dan untuk saat ini, kami rasa kebutuhan untuk posisi pengembangan AI yang intensif, sudah tidak terlalu mendesak.”

Togar terdiam. Dia merasa seperti lampu yang tiba-tiba kehilangan dayanya. Algoritma canggihnya memang telah menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Dia telah menciptakan sebuah sistem yang mandiri, yang kini justru membuatnya tidak dibutuhkan lagi.

“Kami menghargai kontribusi kamu, Togar,” lanjut Pak Sitompul, menyerahkan amplop berisi sisa gaji dan bonus. “Mungkin di masa depan, jika ada proyek pengembangan AI lainnya, kami akan menghubungi kamu.”

Togar keluar dari ruangan itu dengan langkah gontai. Dia baru menyadari, di dunia industri yang serba efisien ini, kesuksesan sebuah inovasi, tidak selalu berbanding lurus dengan kepastian karirnya. "Mungkin juga ada evaluasi kinerja, perubahan kebutuhan pabrik, efisiensi biaya, dan faktor politik yang aku tidak tahu" pikirnya.


Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Kisah Horor: Panggilan Ayah

Antara Karma dan Nasib

Sahur Sendiri bersama Kunti

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Dibangkitkan sebagai Pezina