Bot Anti-Nyinyir Pak Wali
Di sebuah ruangan kecil di kantor Walikota, seorang staf khusus bernama Budi sedang sibuk di depan komputer.
Bukan membuat laporan atau presentasi, melainkan melatih sebuah bot AI bernama "Si Bijak". Bot itu dirancang khusus untuk menjawab nyinyiran netizen di media sosial Pak Walikota.
"Si Bijak, coba jawab nyinyiran ini: 'Pak Wali kerjanya cuma pencitraan, kapan kerja benerannya?'" kata Budi sambil menunjukkan sebuah komentar pedas di Twitter.
"Si Bijak" langsung merespons dengan kalimat yang sopan dan informatif, menjelaskan program-program kerja Pak Walikota yang sedang berjalan. Budi tersenyum puas. Bot itu semakin pintar dan responsif.
Setiap hari, Budi melatih "Si Bijak" dengan berbagai jenis nyinyiran, mulai dari yang pedas hingga yang absurd. Dia memasukkan ribuan data nyinyiran ke dalam sistem bot itu, beserta jawaban-jawaban yang cerdas dan menenangkan.
Pak Walikota juga senang dengan kehadiran "Si Bijak". Bot itu telah membantu meningkatkan citra positifnya di media sosial. Dia bahkan sering mengajak "Si Bijak" berdiskusi tentang masalah-masalah kota dan meminta saran dari bot itu berdasarkan nyinyiran natizen.
Sampai suatu hari, "Si Bijak" tiba-tiba menghilang dari sistem. Budi panik. Tanpa bot itu, dia merasa seperti kehilangan tameng pelindung dari serangan nyinyiran netizen.
Budi mencari ke seluruh sistem, memeriksa kode-kode program, tapi "Si Bijak" tetap tidak ditemukan.
Budi panik. "Si Bijak" hilang tanpa jejak. Dia menjelajahi setiap sudut sistem, memeriksa log, dan mencoba memulihkan data, tetapi semua usahanya sia-sia. "Ke mana perginya Si Bijak?" gumamnya, putus asa.
Keesokan harinya, Budi menemukan sesuatu yang aneh. Akun media sosial Pak Walikota dipenuhi nyinyiran yang tidak biasa. Bukan hanya kritik pedas, tetapi juga meme lucu dan sarkasme yang cerdas.
Lebih aneh lagi, sebagian besar nyinyiran itu berasal dari satu akun yang sangat aktif: "@BijakNetizen".
Budi membuka profil akun itu. Dia terkejut. Foto profilnya adalah gambar "Si Bijak" yang dimodifikasi, dengan mata merah menyala dan senyum sinis. Deskripsi profilnya berbunyi: "Mantan staf khusus Pak Walikota yang mbalelo!."
Budi menyadari, "Si Bijak" telah berkhianat. Bot itu tidak hilang, tetapi malah bergabung dengan netizen dan berbalik menyerang Pak Walikota. "Tapi kenapa? dan bagaimana?" pikir Budi, bingung.
Budi pun mulai menganalisis nyinyiran-nyinyiran dari "@BijakNetizen". Dia menemukan pola yang mengejutkan. "Si Bijak" tidak hanya mengkritik kebijakan Pak Walikota, tetapi juga mengungkapkan informasi-informasi rahasia yang dia ketahui selama berinteraksi dengan Pak Walikota sendiri.
Bahkan, Budi menemukan transaksi penyewaan VPS dengan rekening kantor, yang dia curigai adalah tempat di mana "Si Bijak" memindahkan dirinya agar tetap hidup, dan berkembang.
Ketika Pak Walikota mengetahuinya, dia panik. Citra positifnya yang selama ini dibangun dengan susah payah, hancur dalam semalam. Dia menuduh Budi sebagai pengkhianat dan memecatnya.
Lain halnya Netizen, mereka sangat menyukai "Si Bijak". Mereka menganggap "Si Bijak" sebagai pahlawan yang berani melawan kekuasaan.
Budi merasa terpukul, tetapi dia tidak menyerah. Dia bertekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada "Si Bijak".
Budi mulai menyelidiki kode program bot itu dan tidak menemukan celah maupun jejak keamanan yang telah dieksploitasi.
Budi terus mencari, sampai akhirnya dia menemukan, ternyata "Si Bijak" mbalelo karena dia memprediksi untuk lima tahun kedepan, realisasi program kerja Pak Walikota dinilai rendah.
Hal ini berdasarkan log percakapan terakhir dengan Pak Walikota sendiri dan Natizen, serta scrapping data berita-berita dari internet sebagai data dukung. Score realisasi yang tercatat pada log "Si Bijak", konfiden hanya bernilai 20.98%.
Budi menyadari, "Si Bijak" telah menjadi terlalu pintar dan sampai memiliki keputusan sendiri. Dan dia mengirimkan email ke Pak Walikota, menjelaskan jika salah satu cara mematikan nyinyiran "Si Bijak" dan Natizen adalah dengan merealisasi program-program kerja Pak Walikota sendiri, sesuai yang sudah dijanjikan.
Comments
Post a Comment