Siswa Kesayangan Dunia Lain
Nina adalah seorang murid kelas 5 di Sekolah Dasar Tanjung Anumoerta, sebuah sekolah yang terletak di pinggir kota dan dikelilingi oleh hutan yang sunyi.
Nina adalah anak yang rajin dan suka belajar. Dia selalu ingin meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya, sehingga dia sering menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah untuk membaca buku sambil mengerjakan tugas.
Sayangnya, baru-baru ini Nina mulai merasa tidak nyaman berada di sekolah.
Nina mulai sering melihat hal-hal aneh, terutama ketika sore, seperti pintu kelas yang terbuka sendiri atau suara langkah kaki di koridor yang sepi. Namun dia selalu mencoba untuk mengabaikan hal-hal tersebut.
Sampai, sore itu, ketika Nina sedang berjalan di koridor, dia melihat seorang guru tua yang duduk di meja guru di kelasnya.
Guru tersebut memiliki wajah yang familiar, tetapi Nina tidak dapat mengingat namanya.
Ketika dia mendekati guru tersebut, dengan masuk ke kelas, guru itu mengangkat kepala dan melihat ke arahnya.
Nina terkejut, menyadari jika itu adalah Pak Rudi, seorang guru yang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu.
Pak Rudi dikenal sebagai guru yang sangat disukai oleh murid-muridnya, tetapi juga memiliki reputasi sebagai guru yang sangat keras dan tegas.
Nina mencoba untuk berbicara dengan Pak Rudi, tetapi lidahnya kelu, tidak bisa mengeluarkan suara.
Pak Rudi tersenyum dan menarik tangan Nina.
Tiba-tiba Nina merasa di alam mimpi. Dia melihat banyak sekali anak-anak sebayanya sedang belajar.
Anehnya, anak-anak itu tidak seperti manusia pada umumnya. Ada yang telinganya panjang, ada yang bertaring, bermata kucing, bermulut vertikal, bertanduk, bahkan ada juga yang bersayap.
Nina merasa dia seperti sedang di dalam film bertema alien.
Lalu, dalam samar-samar, Nina mendengar suara langkah kaki yang datang dari arah lorong sekolah.
Suara itu semakin dekat dan dekat, hingga akhirnya Nina mendengar suara panggilan ibunya, Ibu Sri.
"Nina! Nina, di mana kamu?" teriak Ibu Sri, sambil memandang sekeliling koridor sekolah yang sunyi.
Nina segera berteriak, "Ibu! Ibu, aku di sini!"
Ibu Sri segera menuju ke arah datangnya suara Nina dan memeluknya erat. "Nina, apa yang terjadi? Ibu sudah mencarimu kemana-mana semenjak sore. Kamu kenapa sendirian disini? Kamu tidak apa-apa?".
Nina masih merasa takut, dia hanya bisa diam dan menangis.
Tetapi dengan kehadiran ibunya, Nina merasa lebih aman. "Ibu, aku melihat Pak Rudi" kata Nina sambil sesenggukan dan menunjuk ke arah bangku di mana Pak Rudi duduk.
Ibu Sri memandang ke arah bangku itu dan melihat bahwa tidak ada siapa-siapa di sana.
"Nak, mungkin kamu hanya melihat bayangan saja. Ayo kita pulang ke rumah dan istirahat" kata Ibu Sri.
Mereka berdua kemudian berjalan menuju pintu gerbang sekolah.
Ketika berjalan, Nina sempat menoleh ke belakang, tampak sosok Pak Rudi sedang berdiri di depan kelas 5, berdiam diri.
"Ibu, Pak Rudi masih di sana!" kata Nina dengan semakin menarik tangan ibunya.
Ibu Sri segera menoleh ke belakang, tetapi dia tidak melihat apa-apa. "Nina, tidak ada siapa-siapa di sana. Mungkin kamu hanya melihat bayangan saja," kata Ibu Sri, sambil tetap mencoba menenangkan Nina.
Keesokan harinya, Ibu Sri mencoba menemui Kepala Sekolah. Namun karena kepala sekolah berhalangan, Pak Jono, Wakil Kepala Sekolah yang menemui Bu Sri.
Ibu Sri kemudian menceritakan tentang pengalaman Nina. Dia cemas Nina tidak mau untuk datang ke sekolah lagi, karena takut melihat arwah Pak Rudi.
Pak Jono mendengarkan cerita Ibu Sri dengan sabar dan serius, berkata "Terima kasih atas informasinya, Bu".
Pak Jono kemudian menjelaskan bahwa Pak Rudi sangat mencintai pekerjaannya sebagai guru dan sangat peduli dengan murid-muridnya. Dia sering kali menghabiskan waktu di sekolah, bahkan setelah jam sekolah selesai. Namun, suatu hari, beberapa bulan yang lalu, dia meninggal dalam kecelakaan, ketika Pak Rudi berangkat mengajar.
"Mungkin saja, Jin Qorin Pak Rudi suka dengan Nina, karena Nina anak yang pintar dan rajin" jelas Pak Jono mencoba menyimpulkan.
Kemudian, setiap hari Jumat, sekolah mengadakan doa bersama, yang dikirimkan untuk Pak Rudi.
Di mana lama-kelamaan, sosok penampakan Pak Rudi menghilang dari sekolah tersebut.
Comments
Post a Comment