Pinang di Belah Dua Belas

Hari itu, adalah hari pertama Ayu masuk kuliah. Dia berjalan ke kelas dengan hati yang berdebar-debar, tidak sabar untuk memulai babak baru dalam hidupnya.

Ayu pun masuk ke dalam ruang kelas, dan langsung mencari tempat duduk yang nyaman.

Ayu memilih tempat duduk di dekat jendela, sehingga dia bisa melihat pemandangan luar sambil mendengarkan pelajaran. Sementara itu, dia juga mengeluarkan buku catatan dan pulpen dari tasnya, serta memastikan bahwa hp-nya sudah dalam mode silent.

Ketika Ayu melihat sekeliling. Dia menyadari ada seorang gadis yang sangat mirip dengannya sedang menatapnya. Gadis itu memiliki wajah yang sama, rambut yang sama, dan bahkan gaya berpakaian yang sama.

Ayu heran, yang tidak lama kemudian gadis itu menghampiri dan memperkenalkan dirinya sebagai Lena.

"Apakah kita kembar?" tanya Lena.

Ayu yang masih menjabat tangan Lena, hanya bisa menggelengkan kepala menjawab pertanyaan itu. Dia memang merasa seperti sedang bertemu dengan kembarannya sendiri. Namun masing-masing orang tua mereka tidak pernah bercerita bahwa mereka memiliki kembaran.

Hari-hari pun berlalu. Dengan banyak kesamaan antara Ayu dan Lena, membuat mereka berdua segera menjadi akrab dan mulai menghabiskan waktu bersama di luar kelas.

Mereka sering bertemu untuk makan siang bersama, berdiskusi tentang pelajaran, atau bahkan hanya sekedar berbincang-bincang.

Ayu dan Lena juga menemukan bahwa mereka memiliki hobi yang sama, yaitu menyukai musik dan film horror. Mereka sering membicarakan tentang lagu-lagu favorit mereka atau film-film yang telah mereka tonton. Kesamaan ini membuat mereka semakin dekat dan merasa seperti memiliki saudara kembar.

Beberapa minggu kemudian, Ayu membawa Lena ke rumahnya untuk berkenalan dengan ibunya.

Ibu Ayu yang sedang menanam sayur hidroponik di halaman depan rumah. Mendengar suara Scoter Ayu, dia langsung menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke arah mereka.

Ibu Ayu terlihat terkejut dan sedih ketika melihat Lena. "Ayu, siapa ini?" ibu Ayu bertanya dengan suara yang bergetar, sambil meletakkan tangan yang masih memegang tanah di samping pot hidroponik.

"Ini teman kampusku, Bu," Ayu menjawab. "Namanya Lena."

Ibu Ayu menatap Lena dengan mata yang penuh air mata, sambil berkata "Lena... kamu sangat mirip dengan Elara". Ibu Ayu kemudian menghapus tangannya yang masih kotor dengan apron yang dia pakai, lalu mendekati Lena dan memegangnya.

Ayu dapat melihat bahwa ibunya terlihat sangat terharu, dan dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Ibu Ayu kemudian mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah. "Masuklah, anak-anak. Aku akan membuatkanmu secangkir teh dan beberapa kue yang aku buat sendiri" katanya. Dia menyambut Lena dengan hangat dan mempersilakan mereka duduk di ruang tamu.

Sambil menyiapkan minuman dan kue, ibu Ayu tidak bisa berhenti memandang Lena. 

Ayu tahu ada sesuatu yang disembunyikan, dan "Siapa Elara, Bu?" tanya Ayu.

Ibu Ayu mengambil napas dalam-dalam, dan duduk di samping Ayu, lalu menjawab "Elara adalah seorang gadis jenius yang bekerja sama denganku di sebuah proyek penelitian 20 tahun yang lalu. Kami sedang mengembangkan teknologi kloning manusia, dan Elara adalah subjek pertama kami".

Ayu dan Lena saling menatap, terkejut dengan perkataan Ibu Ayu itu.

"Kloning manusia?" Ayu memperjelas. "Apakah itu berarti... Lena dan aku adalah hasil kloning?"

Ibu Ayu mengangguk, "Ya, kalian begitu identik, aku yakin kalian adalah spesimen itu" tegasnya. "Siapa nama Ayahmu, Lena?".

Lena terlihat seperti jika dia sudah tahu pasti akan ditanya pertanyaan itu. "Ayahku... Dr. Elliot Thompson".

Ibu Ayu mengangguk lagi, lalu mengambil sebuah foto yang terdiri dari rekan-rekan kerjanya. "Apakah yang ini?" tanya Ibu Ayu sambil menunjuk seseorang pria yang tidak jauh lebih tua dengannya dalam foto itu.

Melihat foto itu mirip foto ayahnya ketika muda, "Ya... itu ayahku" kata Lena dengan nada suara yang melemas.

Lena dan Ayu menangis. Mereka menyadari bahwa mereka adalah hasil kloningan.

Ayu merasa marah. "Mengapa Ibu tidak memberitahu aku tentang ini sebelumnya?".

Ibu Ayu hanya bisa menjawab. "Kami hanya ingin melindungimu, Ayu. Kami tidak ingin kamu sedih dan dalam bahaya".

Ibu Ayu kemudian menjelaskan, karena pemerintah ingin membatalkan proyek mereka dan akan menghapus seluruh spesimen, agar Ayu dan Lena tidak dimusnahkan, maka harus ada anggota tim yang bersedia mengadopsi spesimen-spesimen yang telah berhasil diciptakan sebagai anak mereka.

"Tunggu, Ibu bilang spesimen-spesimen, sebenarnya berapa jumlah kami Bu?" tanya Ayu yang masih bersedih.

Ibu Ayu menarik napas dalam-dalam lagi dan menjawab. "Totalnya ada 12 spesimen yang berhasil diciptakan, termasuk kalian berdua".

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Kisah Horor: Panggilan Ayah

Antara Karma dan Nasib

Sahur Sendiri bersama Kunti

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Dibangkitkan sebagai Pezina