Penyelidikan Terakhir Aria

Aria, seorang jurnalis junior, menerima tugas dari redaktur untuk menyelidiki kasus kematian di rumah sakit setempat. Dia diminta untuk mengumpulkan informasi tentang mayat yang tidak beridentitas, yang saat itu berada di kamar mayat rumah sakit tersebut.

Ketika Aria tiba di rumah sakit, dia langsung menuju ke kamar mayat.

Saat memasuki kamar mayat, Aria merasa sedikit tidak nyaman dengan adanya beberapa mayat, aroma formalin dan suhu yang dingin. Tetapi karena ini demi kariernya, Aria tetap memberanikan diri di dalam kamar itu, meskipun sendirian.

Aria menoleh ke kanan dan ke kiri, tampak di meja bedah, seperti mayat baru sedang berada di atasnya. "Mungkin itu mayatnya" pikir Aria.

Saat Aria mendekati meja bedah, dia terkejut ketika melihat wajah mayat tersebut.

Wajah itu sangat familiar, bahkan terlalu familiar. Aria merasa seperti sedang melihat dirinya sendiri di depan cermin.

"Apa ini?" Aria berbicara sendiri, tidak percaya apa yang dia lihat. "Mengapa mayat ini mirip dengan aku?"

Aria memeriksa mayat tersebut lebih dekat, mencari tanda-tanda atau ciri-ciri yang dapat membantu dia mengenali siapa mayat itu sebenarnya. Namun, semakin dia memeriksa, semakin yakin dia bahwa mayat itu adalah dirinya sendiri.

Dan ketika Aria mau mengambil foto, untuk dokumentasi, dia menyadari bahwa dia datang tanpa membawa barang apapun. Kamera, handphone, laptop, tas dan buku catatannya, dia tidak tahu ada dimana.

Aria merasa bingung. Dia mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi ingatannya kabur.

Tidak beberapa lama kemudian, seorang dokter dan seorang perawat masuk, dan menghampiri mayat yang ada di depan Aria itu, serta seolah tidak melihat keberadaannya. "Sudah, keluarganya sudah datang, dia memang meninggal saat kecelakaan" kata dokter itu sambil membubuhkan catatan di berkas yang diberikan oleh perawat.

Mendengar ucapan tersebut, Aria dapat mengingat apa yang terjadi. Saat dia berada di perjalanan ke rumah sakit, sebuah truk tronton menabrak mobilnya dari belakang.

Aria masih dapat mengingat suara dentuman yang keras, sebelum semuanya menjadi gelap.

Akhirnya. Aria sedih dan takut menyadari, jika dia adalah mayat yang di hadapannya itu.

Aria tahu, apa yang terjadi dengannya saat ini, adalah manifestasi dissosiasi ingatannya yang belum menerima bahwa dirinya sudah meninggal.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Kisah Horor: Panggilan Ayah

Antara Karma dan Nasib

Sahur Sendiri bersama Kunti

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Dibangkitkan sebagai Pezina