Dari Sarjana ke Tukang Parkir yang Sukses
Rizky adalah seorang sarjana lulusan jurusan Teknologi Informasi dari sebuah universitas bonafide di Jakarta.
Selama kuliah, Rizky termasuk mahasiswa yang hanya lebih banyak mendengarkan teori dari dosennya saja, dan tidak tertarik untuk terjun ke lapangan atau mengembangkan keterampilan diri. Dia berpikir bahwa dengan gelar sarjana dari universitas yang ternama itu, dia akan mudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi.
Setelah lulus, Rizky langsung mencari pekerjaan di bidang teknologi informasi. Namun, dia terkejut ketika mengetahui bahwa persaingan di bidang ini sangat tinggi.
Banyak perusahaan yang mencari kandidat dengan pengalaman dan keterampilan, bukan hanya gelar sarjana.
Benerapa kali Rizky menghadiri wawancara kerja, tetapi selalu gagal karena dia menargetkan gaji yang terlalu tinggi, yang tidak sebanding dengan kemampuannya.
Akhirnya, Rizky kehabisan uang, malu meminta lagi kepada orang tuanya, dan harus mencari pekerjaan apa saja untuk bertahan hidup.
Sampai suatu hari, Rizky melihat lowongan pekerjaan sebagai tukang parkir di sebuah apartemen di Jakarta.
Meskipun merasa malu, Rizky memutuskan untuk mengambil pekerjaan tersebut. Dia berpikir bahwa ini hanya sementara dan akan segera mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Namun, saat bekerja sebagai tukang parkir, justru Rizky mau belajar. Dia mengamati bahwa ada banyak masalah yang dihadapi oleh pengelola apartemen dalam mengatur parkir. Dia melihat bahwa banyak mobil yang parkir sembarangan, sehingga sulit untuk mencari tempat parkir yang kosong. Rizky juga melihat bahwa pengelola apartemen harus membayar biaya tambahan untuk mempekerjakan petugas keamanan untuk mengawasi parkir.
Rizky mulai berpikir tentang bagaimana dia bisa menggunakan pengetahuan teknologi informasinya untuk membantu mengatasi masalah tersebut.
Dengan mengajak beberapa teman, Rizky mulai membuat sebuah prototype database parkir yang dapat membantu mengatur parkir di apartemen tempat dia bekerja agar lebih efisien.
Rizky bekerja keras untuk mengembangkan database parkir tersebut dan akhirnya dia memberanikan diri memperkenalkan sistem itu kepada pengelola apartemen dan membuat mereka terkesan.
Pengelola apartemen pun mulai menggunakan database parkir Rizky, dan hasilnya positif, meskipun banyak sekali perbaikan dan penambahan fitur yang awalnya tidak terpikir oleh mereka.
Beruntungnya, pimpinan pengelola apartemen mempunyai banyak rekanan dan secara tidak langsung menawarkan sistem Rizky ke para pengelola apartemen lain.
Dan ternyata banyak pengelola apartemen tertarik menggunakan sistem Rizky, dan dia menjadi sangat sibuk dalam mengintegrasikan database parkir di banyak apartemen.
Akhirnya, Rizky menyadari jika menjadi tukang parkir bukanlah kegagalan, melainkan sebuah kesempatan untuk belajar dan mengembangkan keterampilannya.
Justru, jika Rizky tidak menjadi tukang parkir, mungkin dia tidak akan sukses dan tidak akan membuka lapangan pekerjaan yang baru.
Comments
Post a Comment