Kemunafikan Beban Kerja
Di sebuah kantor besar, terdapat seorang karyawan bernama Suhartono yang memiliki kebiasaan menipu atasannya secara tidak langsung. Dia sedang kuliah S2 sambil bekerja, dan sering mengeluh ke promotornya bahwa beban kerjanya terlalu tinggi sehingga dia tidak bisa menyelesaikan penelitian S2-nya.
"Maaf, Pak, saya tidak bisa menyelesaikan penelitian ini karena beban kerja di kantor terlalu berat," kata Suhartono kepada promotornya. "Saya harus bekerja overtime setiap hari dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakan penelitian."
Promotornya merasa kasihan dan memberikan Suhartono waktu tambahan untuk menyelesaikan penelitiannya.
Namun, di sisi lain, Suhartono juga mengaku ke atasan tempat dia bekerja bahwa dia tidak fokus bekerja karena sedang mengerjakan penelitian S2.
"Saya tidak bisa bekerja dengan maksimal karena saya harus mengerjakan penelitian S2," kata Suhartono kepada atasannya. "Saya memerlukan waktu dan energi untuk menyelesaikan penelitian ini."
Rekan kerjanya, Uboiz, geleng-geleng kepala melihat kelakuan munafik Suhartono seperti itu.
Sebab Uboiz sering melihat Suhartono terlihat nganggur merokok di dapur kantor saat jam kerja, datang telat sesuka hati, dan bahkan menggunakan mobil laboratorium universitasnya untuk pacaran pada hari Sabtu dan Minggu.
"Bukankah jika kuliah sambil bekerja, 16 jam per hari harus dia gunakan semaksimal mungkin?" gerutu Uboiz, "8 jam untuk bekerja, 8 jam untuk kuliahnya".
Meskipun Uboiz merasa kesal, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Ternyata, karma memiliki rencana lain untuk Suhartono. Dia mengalami kecelakan mobil bersama pacarnya ketika jalan-jalan ke suatu pantai di Malang Selatan.
Promotornya baru tahu dan kecewa, ternyata selama itu fasilitas laboratorium digunakan Suhartono hanya untuk bersenang-senang dengan pacarnya, sesuai gosip rekan-rekan penelitiannya.
Selain itu, melihat penelitiannya tidak ada progress yang signifikan, promotornya memutuskan untuk bersilaturahmi menemui atasan Suhartono.
Mendapat kunjungan tersebut, dalam diskusi, atasan dan promotornya tahu, jika Suhartono adalah seorang pemalas, yang suka berbohong. Sebab atasan Suhartono, sebenarnya telah memberikan kelonggaran pekerjaan, yang memang tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, beberapa bulan kemudian, promotornya memutuskan menghentikan beasiswa Suhartono, dengan dalih beasiswanya digunakan untuk perbaikan mobil yang kecelakaan saat digunakaan untuk kepentingan pribadi.
Begitu juga dengan atasannya di kantor. Suhartono diberikan tugas-tugas kecil, yang berdampak gaji yang diterimanya hanya gaji pokok, dan juga semakin menerapkan disiplin kepadanya. Sampai-sampai memasang CCTV di area dapur, untuk mengawasinya.
Comments
Post a Comment