Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Arman

Pagi itu, Arman melapor ke Komandannya, bahwa dini harinya, dia ditemui oleh sesosok hantu wanita di salah satu kamar mandi, gedung perkantoran tempat dia bertugas.

Komandan bercerita jika di kamar mandi yang Arman maksud, dulunya pernah ditemukan jenazah korban pemerkosaan, yang pelakunya belum ditemukan sampai hari itu.

Arman hanya terdiam dan heran, sebab sosok hantu wanita yang ditemuinya adalah nenek-nenek keriput ompong, bergigi satu.

Ucapnya menggerutu, "Mungkin pemerkosanya kompeni".

Jin Klong dan Jin Pe

Suatu sore, Jin Klong menemui Jin Pe.

Setelah berbincang sejenak, dengan kereta kudanya, Jin Pe mengajak Jin Klong apel ke Putri Ular, yang bersemayam di waduk, tidak jauh dari tempat mereka ngobrol.

Selama perjalanan, Jin Klong curhat, jika dia merasa di fitnah oleh penghuni kontrakan, di mana dia juga tinggal di sana. "Si Bapaknya menuduhku jika akulah penyebab anaknya kejang".

Di mana anak usia tiga tahun yang Jin Klong maksud, sudah masuk ke rumah sakit selama lima hari terkena demam berdarah.

"Padahal istrinya saja yang malas bersih-bersih, sibuk gosip!" tutur Jin Klong.

Hampir sampai di waduk, tiba-tiba sebuah truk mengarah ke mereka.

Mereka pun kaget dan berteriak, mirip adegan-adegan kecelakaan di sinetron, yang di zoom in dan zoom out.

Lalu, "Bruak!". Menggaung suara tabrakan.

Beberapa saat kemudian, "Btw, Ngapain kita teriak, kita kan Jin" sadar Jin Pe.

Ojol Djamil

"Klunting" suara handphone Djamil mendapatkan  orderan penumpang. Order tersebut ternyata dari seorang karyawati yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

Djamil pun segera menghampiri dan langsung tarik gas menuju titik tujuan.

Selama perjalanan tidak terjadi apa-apa, semua berjalan baik-baik saja. Hanya saja tidak terjadi percakapan antara Djamil dan penumpangnya itu.

Sampai, di suatu tikungan yang sepi, hampir saja Djamil tersrempet truk pasir yang berpapasan dengannya.

"Ciit..Bruak". Suara truk, menabrak sesuatu, setelah mencoba menghindari Djamil.

Djamil yang melihat truk itu berhenti, dia pun berhenti dan meminta izin kepada penumpangnya untuk melihat keadaan sopir.

Begitu mendapat izin, Djamil pun berlari ke arah kepala truk.

Dan ternyata, supir dalam keadaan baik-baik saja.

Djamil pun kembali.

Namun yang Djamil temui hanya sepeda motornya saja. Penumpangnya yang karyawati tadi, hilang entah kemana.

Dimas

"Tumben belum pulang Pak jam segini?" sapa Dimas ke Pak Surip, yang sedang duduk berselonjor dilantai, di ruang Cleaning Service.

"Belum" jawab Pak Surip.

Ketika menyenderkan alat pel di sudut ruangan, "Bukankah, Pak Surip sudah meninggal empat hari lalu?" tanyanya dalam hati.

Menyadari hal tersebut, Dimas bergegas menoleh ke arah Pak Surip.

Dan sosok Pak Surip yang di belakangnya tersebut, sudah tersenyum meringis ke arahnya.

Supir Truk

"Ini muatan terakhir" batin Slamet sambil menstarter truknya.

Slamet telah bekerja kurang lebih selama 10 tahun, menjadi supir truk pasir.

Bosnya yang seorang pengacara, memberinya target setoran 500 ribu perhari. Yang mana biaya bensin dan perbaikan ringan truk, ditanggung sendiri oleh sopir.

Tiba di dekat waduk, karena mengantuk, Slamet terkaget oleh pesepeda motor yang tiba-tiba berada di hadapannya, dari arah berlawanan.

Slamet pun banting stir ke kiri, dan tidak disangka, menabrak kereta kuda yang tampak, dua orang sedang berada di atasnya.

"Bruak".

"Waduh" ucap Slamet khawatir mencelakai seseorang.

Anehnya, begitu menepi dan turun, Slamet tidak menemukan apa-apa.

Hanya seorang Bapak-bapak Ojek online (Ojol) yang menghampirinya dan bertanya apakah dia baik-baik saja.

Setelah keduanya berbincang, Slamet pun kembali ke kursi kemudi.

Dan ketika dia menatap ke depan. Dari ekor matanya, dia melihat sesosok wanita berseragam kantor sedang duduk dikursi dashboard truk, bersamanya.

Mengetahui itu bukan manusia, Slamet pun tidak berani menoleh.

Sampai, sebuah suara bertanya, "Pasir sekilo berapa Bang?... Dua belas ribu?"

Dengan terbata-bata Slamet menjawab "It..it..ituu.. harga gula pasir Neng".

Komandan Satpam

Dilapori Dimas tentang kemunculan Pak Surip, Komandan malah bercerita jika jauh hari sebelum ditemukan meninggal, Pak Surip pernah berucap jika putrinya meninggal di gedung ini. "Dan kenapa dia kerja disini, pasti beliau ingin menggali lebih jauh informasi tentang kematian putrinya tersebut" jelasnya.

Namun sampai hari itu, Komandan sendiri tidak dapat memastikan, apakah Pak Surip ada hubungan dengan korban pemerkosaan yang ditemukan di kamar mandi, yang hantunya sering muncul menampakkan diri.

"Apa ada hubungannya dengan nenek-nenek yang ada di kamar mandi?" cletuk Arman.

"Enggak" jawab Komandan, sambil menyeruput kopinya, "Kalau itu Mbahmu!" tambahnya.

Ojol Sarmin

Sambil menunggu orderan, Sarmin ngopi bareng bersama Djamil, teman Ojolnya di Warung Mbok Jinah.

Djamil menuturkan, jika sore hari sebelumnya, mengantarkan penumpang karyawati yang tiba-tiba menghilang di daerah dekat Waduk.

Begitu mendengar gedung di mana tempat Djamil menjemput, Sarmin pun berspekulasi, jika itu adalah sosok Maimunah, anak Pak Surip, yang meninggal diperkosa.

"Cewek itu tetanggaku, dan kata paranormal, pemerkosanya adalah satpam" bisik Sarmin.

Maskur

"Apes" gerutu Maskur yang sedang lembur malam itu.

Karena kantuk berat, akhirnya Maskur memutuskan untuk beristirahat, dengan menata kursi berjajar untuk tidur.

Tidak beberapa lama kemudian, diantara sadar dan tidaknya, Maskur ketindihan. Dia merasa terdapat rambut panjang terjuntai ke mukanya.

Begitu membelalakkan mata, ternyata rambut itu dari sosok nenek-nenek dan seorang wanita, yang sedang menatap dan meringis ke muka Maskur dari arah atas, terbalik.

Karena Maskur mengenal sosok wanita itu, yang tidak lain adalah teman kerjanya sendiri yang sudah meninggal, sambil menutup mulut dan hidungnya, Maskur berkata "Lupa gosok gigi ya Mun?".

Si Nenek menjawab "Gak punya gigi".

"Pakek dijawab lagi" ucap Maskur lirih.

Bambang

Dikarenakan sakit di kemaluannya, hari itu Bambang yang berprofesi Satpam meminta izin Komandannya untuk tidak masuk.

Bukannya ke dokter, mertuanya malah menyuruh Bambang menemui dukun.

Oleh karena itu, Bambang meminta tolong Sarmin, mengantarkannya ke siapapun dukun yang diketahuinya.

"Yang bener kamu Min?" tanya Bambang tidak percaya membawanya ke dukun dengan papan nama yang bertuliskan "Dukun Bayi".

Sembari menstandarkan sepeda motornya, Sarmin berkata "Ah, hanya kamuflase".

Sarmin pun langsung mengajak Bambang masuk.

Melihat sang Dukun sudah berada di ruang tamu, bahkan sudah menyediakan dua cangkir kopi, seakan sudah tahu kedatangan mereka, Bambang mulai kagum, ternyata Sarmin memang membawanya ke dukun yang tepat.

Dan begitu sang Dukun berkata tentang penyakit yang di deritanya, tanpa bertanya dahulu, Bambang pun semakin terkagum-kagum.

Yang mana kata sang Dukun, nyeri di kemaluan Bambang karena di sentil Jin nenek-nenek penunggu kamar mandi tempat dia bekerja.

"Memang Mbah, kemarin sore karena saking kebeletnya, saya buang air besar di kamar mandi yang macet airnya itu" tutur Bambang.

Setelah mediasi selesai, Bambang dan Sarmin pun berpamitan, bermaksud untuk segera menyiram apa yang menjadi penyebab sakitnya itu.

Di akhir pembicaraan, sang Dukun juga menyampaikan pesan lain dari si Jin, bahwa Komandan Bambang ada dosa besar dengan Maimunah.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Hantu Mudik Sekeluarga

Antara Karma dan Nasib

Dibangkitkan sebagai Pezina

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Bu Lia sang Dosen Fisika

Pasar Wagean

Si John Thor

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa