Asal Genjreng bukan Petikan

Di Kantin, melihat Wawan cengengesan sendirian sambil menikmati kopinya yang telah dingin, Budi yang sedang menghabiskan Gado-gado makan siangnya, penasaran dan terjadilah percakapan keduanya seperti di bawah ini:

"Wan, kenapa sih kamu ketawa-ketawa sendirian dari tadi?" tanya Budi.

Wawan menjawab "Tidak, semalem ada yang lucu. Masak tetangga sebelah main gitar sambil nyanyi-nyanyi jam 10 malam, waktu orang pada mulai lagi tidur".

Wawan menceritakan kepada Budi, jika dia mempunyai tetangga yang ketika pulang kampung, suka bermain gitar, membunyikan musik, baik memakai pengeras suara atau tidak, layaknya seorang musisi berkelas dan anehnya hal itu dilakukan ketika jam-jam istirahat, seperti jam 12 siang atau di atas jam 9 malam.

"Bukannya harusnya kamu marah Wan, jika kelakuan tetanggamu seperti itu?".

"Pengennya gitu Bud, tapi karena aku terhitung pendatang di kampungku, ya kami tidak ada pilihan, selain terpaksa mendengarkan".

"Lalu, lucunya dimana?" tanya Budi lagi.

"Yah, setelah hampir setengah jam mendengar, aku baru nyadar, kenapa tetanggaku itu tidak berhasil dapet kerjaan di Bali, sempat jadi kuli di sana dan ketika pulang masih saja berstatus pengangguran. Ternyata petikan gitarannya terdengar amburadul, kuncinya tidak jelas, malah mungkin lebih dikata asal 'genjreng', bukan petikan" jelas Wawan.

Melihat Budi mengkerutkan alis mata, tanda tidak mengerti, Wawan menambahkan penjelasan "Gini, coba bayangin, orang yang awam aja bermain gitar seperti aku nganggep itu jelek, bagaimana dengan orang yang tau musik. Pasti sudah diketawain itu orang".

Setelah berpikir agak lama, Budi baru mengerti "Haha.. Benar juga ya Wan, kalau tetanggamu itu memang bagus main gitar dan nyanyinya, pasti gampang dapet job di cafe-cafe Bali".

"Nah itu Bud, yang lucu".

"Trus, apa kamu tetap bisa sabar Wan, jika tetanggamu itu tiap hari tidak punya sopan santun seperti itu?"

"Ya, aku kan punya Allah Bud, aku serahkan saja tetanggaku itu ke Dia. Toh tetanggaku itu juga milik Dia. Lagian tetanggaku itu orangnya gengsi-an, pasti lama-kelamaan akan malu sendiri disindir numpang hidup ke istrinya terus-menerus oleh kakak iparnya, yang rumahnya disebelahnya. Apalagi rumah yang ditempati itu juga warisan dari orang tua istrinya".

"Wah, jika melihat kondisinya seperti itu, sebenarnya kasihan juga tetanggamu itu ya?" sungkawa Budi. 

"Iya" jawab singkat Wawan sambil menghabiskan kopinya.

Karena urusan perut mereka di kantin telah selesai, sembari beranjak kembali ke kantor, "Kamu memang orang baik Wan" kata Budi menutup obrolan.







Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Dibangkitkan sebagai Pezina

Hantu Mudik Sekeluarga

Nyikut untuk Menjadi Profesor

Sebuah Solusi Kekerasan Rumah Tangga

Hadiah Istri 70 Bidadari

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa

Antara Karma dan Nasib

Si John Thor

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Hantu Jembatan Universitas