Dikenalkan Janda Cantik


Sepulang dari menonton konser dangdut di acara pernikahan anak pejabat desa sebelah, Amin pulang jalan kaki sendirian.

Dia sedikit kecewa, biduan pujaan hatinya sedang pilek hari itu.

Sehingga bukan suara yang merdu didengar Amin, lebih seperti "Suara tokek kecepit di kamar mandi" katanya.

Karena capek berjalan kaki, Amin berhenti di pos kampling di sudut desa.

Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, Pak Karman, si Pedagang bakso menghampiri Amin yang ternyata perutnya keroncongan.

"Bakso Min?" kata Pak Karman menawarkan bakso.

"Wah, kebetulan nih, satu mangkok Pak" jawab Amin meminta satu porsi bakso.

Sambil menyiapkan bakso, Pak Karman mengajak mengobrol Amin kesana kemari.

Sampai ketika Pak Karman tahu Amin kebelet nikah, tapi masih jomblo, "Mau tak kenalkan tidak, sama janda desa sebelah, dia masih bahenol lo?" tanya Pak Karman sambil memberikan bakso pesanan Amin.

"Bener Pak?" balik bertanya Amin, kepada Pak Karman, sambil melahap bakso sampai bibirnya nyunyuran kepanasan.

"Iya, dia tinggi, cantik, rambutnya panjang, dan belum punya anak" kata Pak Karman sambil memperagakan lekuk tubuh wanita yang dimaksudnya dengan kedua tangan. "Pokoknya mantap" tambahnya sambil mengacungkan jempol.

Amin pun tertarik, dia pun langsung berkata "Mau Pak, mau" dengan semangatnya.

"Tapi" kata Pak Karman.

"Tapi kenapa Pak?" sela Amin sambil melanjutkan melahap bakso ditangannya.

"Tapi..dia sudah meninggal" lanjut kata Pak Karman.

Mendengar kata Pak Karman tersebut, "Ah, Bapak ini bohong ternyata" ucap sedih Amin. "Lagian malam-malam gini Bapak bercanda yang begituan".

"Kalau tidak percaya, tuh dia lagi berdiri disampingmu" kata Pak Karman sambil menunjukkan ke sebelah kanan Amin.

Amin pun langsung menoleh ke kanan, dengan mie bakso yang masih dimulutnya.

Dia kaget ternyata ada sesosok wanita berwajah dingin pucat sedang menatap ke arahnya.

Menyadari itu hantu, badan Amin langsung gemetar, dan spontan berteriak-teriak.

Sesosok wanita itu malah tersenyum kepada.

Dan ketika melihat mangkok bakso yang ada ditangannya, Amin juga baru teringat bahwa Pak Karman juga sudah meninggal tiga hari yang lalu, karena sakit.

Lalu Amin pun menoleh ke Pak Karman dan semakin berteriak-teriak.

Dan sama seperti wanita tadi, Pak Karman hanya membalas dengan senyum.

Dengan berat langkah, Amin berusaha bangkit dari tempat duduknya dan berjalan selangkah demi selangkah menjauhi Pak Karman dan wanita itu, sambil tetap memegang mangkok bakso.

Sampai Jono, teman Amin, menepuk pundak Amin dari belakang dan berkata "Heh, ngapain takut, kita kan udah mati juga di tawuran, acara dangdutan tadi!".

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Dibangkitkan sebagai Pezina

Hantu Mudik Sekeluarga

Nyikut untuk Menjadi Profesor

Sebuah Solusi Kekerasan Rumah Tangga

Hadiah Istri 70 Bidadari

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa

Antara Karma dan Nasib

Si John Thor

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Hantu Jembatan Universitas