Developer Robot Forex Insyaf

"Gimana kabarnya Forex mu?" tanya dan sapa Tino ketika bertemu Munir, teman SMA-nya.

"Ya gak apa-apa. Sekarang-kan aku cuma dari robot dapet penghasilannya" jawab Munir.

Sudah dua tahun Munir tidak trading sendiri, dia lebih memilih untuk jualan robot, dibanding harus memplototi grafik tiap harinya.

Munir dan Tino sebenarnya telah lama tidak saling bertemu.

Namun karena sama-sama tertarik dengan seminar Forex yang diadakan di salah satu hotel Kediri, mempertemukan mereka secara tidak sengaja.

Hari itu, Munir mengajak bertemu dengan Tino di salah satu warung nasi dekat rumah Tino, untuk membicarakan urusan bisnis mainan.

Saat itu, mereka berdua mencoba sebagai reseller, dengan Tino untuk target pemasaran daerah Tulungagung, dan Munir untuk daerah Kediri.

Setelah urusan kerjasama mereka selesai, sambil makan, Tino teringat tentang trading Forex yang pernah mereka geluti.

Mereka mencoba bersama-sama, namun karena Munir bisa pemrograman, Munir juga membuat robot trading Forex untuk dijual.

"Robot mu dulu apa namanya? Expert Advisor?" tanya Tino mengingat-ngingat.

"Bukan, Expert Advisor itu ya nama lain kata robot itu sendiri No. Kalau robot ku, yang terakhir namanya Martha" jawab Munir.

"Hmmm...iya..iya..aku inget, robot-robotmu kan mesti ngambil nama-nama cewek" kata Tino dengan nada mengejek. "Kenapa tidak nama pacar mu dulu itu saja?"

"Hah..masa lalu" jawab mengelak Munir.

"Ya apa, udah dapet uang berapa?" lanjut pertanyaan Tino.

"Ya setidaknya tiap bulan ada yang menyewa No" jawab Munir.

Robot-robot Munir ada yang di distribusikan gratis, dan ada yang di distribusikan berbayar.

Untuk yang berbayar, Munir memberikan harga sewa 10 USD tiap bulan. Sedangkan untuk harga penggunaan selamanya, mulai dari 1000 USD sampai 1500 USD.

Alasan kenapa Munir mematok dengan harga segitu, "Idenya yang mahal No!" kata Munir sambil menunjukkan telunjuk kirinya ke arah otaknya.

"Tak pikir-pikir, sebenernya trading itu gampang No. Semua trader bisa melakukan dan pasti untung. Syaratnya modalnya minimal satu M (Milyar) dan lot-nya kecil-kecil aja" ungkap Munir.

Munir berpendapat, jika kesalahan trader umumnya adalah karena modal mereka kecil, dan karena itu pula mereka cepat panik dan takut kehilangan uang mereka jika terjadi salah penempatan order.

"Seumpama kita salah order No, sebener itu tidak masalah selama ekuitas modal kita cukup, toh pasti suatu saat nanti harga pasti akan kembali ke titik itu juga, dan kita pasti tetap bisa mengambil untung, meskipun sedikit" jelas Munir. "Makanya dalam Forex, yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin habis".

"Konsep Kapitalis!" sahut Tino. "Kayak nabung di Bank aja, yang tabungannya banyak malah biaya admin gratis, sedangkan yang tabungannya sedikit, semakin habis dipotong biaya admin perbulan" perbandingan Tino.

Tidak lama kemudian, nasi di piring mereka pun habis, karena kedua tidak merokok, tinggal kopi yang menemani mereka.

"Trus uang e Forex kamu apakan? Katamu Riba?" pertanyaan Tino lagi.

"Ternyata Forex itu bukan Riba No, tetapi Ghoror, jual beli dengan barang tidak jelas. Jadi uang e hasil jualan robot ya tak kumpulkan dulu, besok kalau sudah pantes, tak sumbangin buat pembangunan jalan atau fasilitas umum pokoknya" jelas Munir.

"La kamu udah tau uang e tidak beres, tapi kamu masih buat robot lagi?" tanya heran Tino mengetahui kalau Munir masih saja mengembangkan robot-robot Forexnya.

"La hobi e No" jawab Munir sambil merenges. "Kamu tahu buat code program itu kesukaanku, apalagi bisa mendatangkan uang real secara otomatis" tambahnya.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kesengajaan penulis untuk mempercantik jalannya cerita

Popular posts from this blog

Dibangkitkan sebagai Pezina

Hantu Mudik Sekeluarga

Jangan Kredit Motor Atas Nama Teman

Antara Karma dan Nasib

Nyikut untuk Menjadi Profesor

Sebuah Solusi Kekerasan Rumah Tangga

Hadiah Istri 70 Bidadari

Delapan Cerita Inspirasi tentang Doa

Si John Thor

Hantu Jembatan Universitas