Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita.
Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.
Aslimin, seorang influencer yang dikenal dengan konten gaya hidup, mendapat tawaran emas. Sebuah pabrik bumbu rendang ternama, "Sinar Rempah," menggandeng Aslimin untuk acara masak besar di perkampungan. Tentunya dengan tujuan mendongkrak popularitas bumbu instan produk mereka. Aslimin, yang sebenarnya tidak terlalu mahir memasak, tentu saja menerima tawaran menggiurkan ini. Dia bersama tim, mempersiapkan sebuah skenario yang menurut mereka akan viral dan mendongkrak penjualan bumbu Sinar Rempah, sponsor mereka. Hari-H pun tiba, warga antusias berkumpul. Aslimin tampil percaya diri dengan pakaian koki yang dipinjamnya. Tim kameramen merekam setiap gerak, dan menyiarkannya secara live di media sosial Aslimin. Lalu, proses memasak pun dimulai. Aslimin berusaha mengikuti arahan dari tim produksi Sinar Rempah yang ada di lokasi. Setelah bumbu instan dimasukkan ke kuali raksasa, Aslimin dengan dramatis memasukkan beberapa potong besar daging sapi. Aroma gurih, yang sebenarnya bera...
Nita Nita pulang dari mendaki gunung. Sesampai di rumah dia tidak mendapati Ayah dan Ibunya. Hanya Bibi Asisten Rumah Tangganya yang langsung menyuruhnya makan dengan sate. Setelah mandi. Nita mendapat telpon dari Ayahnya untuk datang kerumah sakit. "Ibu sakit" kata Ayah. Nita pun bergegas dan memesan Ojol (Ojek Online) atas nama driver Sarmin. Sesampai dirumah sakit, Nita disambut oleh Ayah dan Neneknya, yang langsung mengantarnya ke ruang ICU. Mendapati Ibunya koma, Nita pun menangis, lalu bertanya kepada Ayahnya, "Bapak, kenapa Nenek di sini, bukankah dia sudah meninggal dua tahun yang lalu". Puji Melihat Susilo sedang duduk sendirian di Pos Kampling, Puji menghampiri dan mengajak mengobrol tentang tetangga mereka yang meninggal di hari itu. "Tumben-tumbenan yang meninggal sampai tiga orang" cletuk Puji. Susilo hanya diam. Namun tak lama, Susilo berubah menjadi tiga sosok pocong, jenazah yang dimakamkan Puji sore itu. "Terima kasih ya, telah mengub...
Maskur Setelah lembur semalaman, jam tiga dini hari itu, Maskur pulang ke kontrakannya. Begitu membuka pintu, Maskur mendapati Suri, istrinya sedang menonton TV. Maskur pun langsung mandi. Dan ketika selesai dan keluar kamar mandi, yang bersamaan dengan suara Adzan Subuh, Maskur hanya mendapati TV-nya masih menyala, dan Suri pergi entah kemana. Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, "Iya, nanti sore aku ke kuburmu, kemarin aku masih sibuk" kata Maskur. Saiful Dini hari itu, Saiful tertidur di dipan, depan kontrakannya. Merasakan kakinya ditepuk-tepuk, dan mendengar suara istrinya memanggil-manggil untuk pindah ke kamar, Saiful pun terbangun. Ketika duduk, diantara sadar dan tidaknya, bukannya istri, melainkan sesosok Pocong yang sedang berdiri dihadapannya. Saiful kaget dan pingsan. Rozi Malam itu, Rozi sedang duduk-duduk di kursi depan kamarnya sambil bermain HP. Tiba-tiba, samar-samar Rozi melihat seorang wanita sedang berada di atap rumah kosong, tidak jauh dari kont...
Sofyan, seorang pemuda desa yang sedang mencari pekerjaan, tergiur dengan iklan pinjaman online yang menawarkan promo "pinjaman gratis 500 ribu tanpa syarat". "Wah, lumayan nih, bisa buat beli kuota internet sebulan," gumam Sofyan sambil mengunduh aplikasi tersebut. Dan tanpa pikir panjang, dia mengisi semua data pribadinya, termasuk KTP, nomor telepon, NPWP dan foto diri. Beberapa tahun berlalu. Sofyan hidup seperti biasa, bekerja serabutan di desa. Suatu hari, dia terkejut menerima surat tagihan pajak yang sangat besar. "Lho, ini pajak apa? Perasaan saya cuma kerja serabutan, kok pajaknya segede gini?" tanyanya heran. Setelah mencari informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten-nya, Sofyan akhirnya mengetahui bahwa namanya terdaftar sebagai karyawan di sebuah perusahaan bonafide di Jakarta. "Hah? Karyawan di Jakarta? Saya aja belum pernah ke Jakarta!" serunya kaget. Sofyan menyadari bahwa datanya telah disalah-gunakan oleh pihak yang tid...
Pintu ruang wawancara terbuka dengan bunyi klik yang terasa seperti vonis bagi Budi. Di hadapannya duduk tiga pewawancara dengan ekspresi antara tertarik dan sedikit... risih. Budi, dengan kemeja sedikit kusut dan keringat dingin mulai membasahi telapak tangan, berusaha mempertahankan senyum seprofesional mungkin. "Selamat siang, Bapak/Ibu," sapanya. "Selamat siang, Budi. Silakan duduk," ujar Bu Rina, pewawancara wanita yang tampak paling serius. "Mari kita lihat portofolio Anda." Dengan gerakan sok keren, Budi membuka folder di laptopnya. Layar pun menampilkan serangkaian ilustrasi digital yang langsung membuat alis para pewawancara bertautan. Gadis-gadis dengan mata lentik, bibir penuh, dan lekuk tubuh yang dramatis mendominasi setiap desain. Bahkan ada area yang sengaja Budi ataur sedemikian rupa, hingga terlihat segede gaban. Pak Anton, pewawancara pria berkacamata tebal, berdeham. "Ini... interpretasi desain Anda yang menarik. Bisa Anda jelaskan ...
Di sebuah Kerajaan yang dulunya tenteram, kini dipimpin oleh seorang Raja yang kebijaksanaannya dipertanyakan. Awal mula keraguan muncul ketika beredar selebaran-selebaran dari bromocorah, tentang salinan gulungan ilmu sang Raja ketika muda. Keanehannya, lukisan beliau dalam salinan itu tampak begitu tampan, namun dengan hiasan kepala yang megah. Padahal katanya, pemerintah penjajah kala itu melarang atribut kebesaran apapun dalam gulungan, yang dianggap kurang sopan. Sontak, bisik-bisik tentang keaslian silsilah dan legitimasi keilmuan Raja pun berhembus kencang di kalangan rakyat. Padepokan Agung, yang selama bertahun-tahun menjadi kebanggaan kerajaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, ikut terseret pusaran kontroversi. Bukannya segera meluruskan perihal keabsahan gulungan ilmu sang Raja, mereka malah disibukkan dengan masalah internal yang lebih pelik. Seorang sesepuh yang disegani, yang konon menguasai berbagai ilmu kanuragan dan kebatinan, justru tersandung skandal dengan salah satu ...
Purwanto hidup bersama istrinya di Semarang, Sri Wahyuni. Mereka menikah beberapa tahun yang lalu dan memiliki kehidupan yang berkecukupan. Meskipun seperti itu, Purwanto sering bertanya-tanya dengan keputusan Sri untuk tidak ingin memiliki anak terlebih dahulu. Dia pikir, mungkin karena Sri masih ingin menikmati kehidupan berdua saja, atau sebab alasan lain yang tidak ketahuinya. Namun, Purwanto tidak pernah memaksa Sri untuk membahas hal itu lebih lanjut. Beberapa tahun kemudian, Sri mulai meminta uang belanja yang sangat besar kepada Purwanto. Awalnya, Purwanto pikir itu karena Sri ingin membeli sesuatu yang dia inginkan, tetapi ketika permintaan tersebut terus meningkat, Purwanto mulai merasa frustrasi dan stres. Apalagi ketika Sri mengancam bahwa jika Purwanto tidak memenuhi permintaannya, dia akan meminta bercerai. Purwanto merasa bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi dengan istrinya itu. Dia berusaha mengerti, tetapi Sri tidak pernah menjelaskan alasan di balik permintaann...
Deru mesin tenun tua di pabrik tekstil Jaya Sutra bukan sekadar kebisingan latar bagi Sri, melainkan telah menjelma menjadi semacam lagu sehari-hari yang akrab di telinganya. Irama monotonnya, terasa menenangkan dalam rutinitas kerja yang melelahkan, berjibaku dengan benang dan kain. Namun beberapa minggu belakangan, melodi itu bercampur dengan nada sumbang yang membuat Sri merinding. Bukan hanya kelelahan fisik, tetapi juga perasaan aneh yang terus menggerogoti kewarasannya. Sri merasa ada mata yang mengawasi dari balik gulungan kain, bisikan samar yang tertelan bisingnya suara mesin, dan sesekali, siluet kabur yang menghilang secepat kilatan cahaya di antara jajaran alat produksi. "Pasti ada yang tidak beres di pabrik ini," gumamnya. Dengan keberanian yang dipaksakan, akhirnya Sri memberanikan diri menghadap Pak Darjo, Direktur HRD yang selalu tampak rapi dan tenang. "Pak," Sri memulai dengan suara sedikit bergetar, "ada hal aneh yang terus saya alami di pab...
Pak Lurah Sukirman sedang resah. Duduk di kursi plastik biru yang sudah miring sebelah, dia menatap jalan desa yang sepi seperti dompet pegawai honorer akhir bulan. Isu tentang ijazah palsunya kembali menghangat seperti gorengan dua ribu dapat tiga, yang baru ditiriskan. "Katanya ijazah saya tidak terdaftar di Kementerian Pendidikan," gumamnya sambil mengaduk kopi sachet yang airnya kebanyakan. "Gimana ke daftar, lha wong dulu pas saya lulus, komputer aja masih langka. Apalagi database online!" Tiba-tiba, Jono, sopir pribadi sekaligus komentator tidak resmi urusan rumah tangga, muncul dari balik pagar. "Pak Lurah," katanya sok bijak sambil duduk di bangku sebelah, "jangan dipikir aneh-aneh soal anak. Anak itu rejeki dari Tuhan." Pak Lurah menoleh pelan. "Kamu itu ngomong apa to Jon? Anak-anak, lha aku nikah aja belum." Jono mengangguk, "Maaf ya Bos, situ sendiri yang ngaku, kalau situ jomblo," sembari tertawa kecil mengejek. P...