Wawancara Kerja Tenaga Outsourcing

Setelah bertahun-tahun bekerja sebagai tenaga outsourcing, Akbar mendapatkan kesempatan untuk menjadi karyawan tetap di perusahaan tempat dia bekerja.

Namun, sebelum itu, dia harus melewati serangkaian tes yang terdiri dari psikotes, wawancara dengan HRD, dan presentasi tentang visi misinya jika diterima sebagai karyawan tetap.

Akbar merasa bahwa semua tes tersebut hanyalah formalitas belaka.

Namun di sisi gelapnya, sebenarnya dia juga berharap banyak. Sebab dia ingin rekan outsourcing yang lain, yang tidak kompeten, dipecat saja dari perusahaan, karena mengganggu pekerjaannya secara tidak langsung.

Hari tes pun tiba.

Akbar datang pagi-pagi sekali. Dia melihat, rekan outsourcingnya yang sering mengeluh gaji kurang, juga datang pagi. "Munafik!" umpatnya.

Saat tes tulis, sesi pertama, Akbar dihadapkan tulisan yang terdiri dari dua halaman kertas A4. Tulisan itu menceritakan permasalahan yang terjadi di perusahaannya, namun di atas namakan perusahaan lain. Akbar menganggap itu lucu, ditambah dalam uraian menyebutkan bahwa perusahaan sedang terbebani terlalu banyak tenaga bawaan.

Akbar sendiri memang tenaga bawaan. Tetapi bukan bawaan orang dalam atau keluarga. Dia memang direkrut, karena keahliannya yang beda, di saat perusahaan tidak membuka lowongan.

Tanpa membaca detail, Akbar mengerjakan dan malah mencari akar permasalahan, klusterisasi dan solusi, berdasarkan apa yang terjadi dilapangan, yaitu sesuai pengamatannya selama bekerja di perusahaan tersebut.

Sehingga, Akbar menganggap, jika uraian yang di lembar kerja, adalah memang perusahaannya itu sendiri.

Maklum, umur mendekati kepala empat, agak sulit untuk Akbar, mencerna tulisan yang disuguhkan panjang dan lebar, dengan bubuhan angka dan data.

Apalagi ketika tes psikotes, Akbar hanya dapat menyelesaikan sepertiga dari 50 pilihan jawaban tebak bentuk, yang menurutnya adalah bukti bahwa dia memang tidak dapat bekerja di bawah tekanan.

Kemudian, tes pun berlanjut.

Untuk tes wawancara, sialnya, Akbar mendapat kloter terakhir. Ditambah interviewernya datang terlambat, lengkap sudah, karena "Masih ada kegiatan" katanya, yang membuat Akbar harus menunggu sampai sore.

Untungnya, Akbar mempunyai pekerjaan sendiri. Dia memilih menyendiri di pojok, sambil membuat cerita pendek yang akan dipajang untuk blognya. "Lumayan, dapet satu cerita" girangnya.

Akbar sudah bekerja di perusahaan itu selama bertahun-tahun, dan dia percaya diri akan diterima tanpa masalah.

Sehingga, ketika giliran wawancaranya tiba, Akbar memilih untuk tidak terlalu serius. Dia duduk santai, dan siap untuk "curhat" dengan penuh kejujuran.

Sekaligus, Akbar juga ingin mengetahui keseriusan perusahaan untuk dalam memilih SDM. Pasalnya, dia juga sudah menyiapkan plan B, jika memang dia dikeluarkan.

"Jadi, Bapak Akbar, Bapak tahu apa yang terjadi di perusahaan kita ini?" pertanyaan pertama interviewer.

Akbar diam berpikir sebentar, "Saya kira baik-baik saja" jawabnya. Sebab, sampai hari itu, dia masih melihat banyak praktek pengeluaran biaya operasional yang lebih banyak untuk bersenang-senang saja, tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya.

Interviewer terlihat sedikit bingung, sebab jawaban Akbar memang berbeda dengan kandidat-kandidat sebelumnya.

"Lalu, selama Bapak bekerja di sini, kira-kira apa saja kendala yang sering Bapak alami?" tanya kembali interviewer.

"Kendalanya bukan di-item pekerjaannya sih menurut saya, tetapi di evaluasi" jawab Akbar.

Akbar kemudian menjelaskan, jika kurangnya evaluasi dari pekerjaan yang dia lakukan dari atasan. Apakah benar-benar sudah selesai, perlu diperbaiki, ataukah mungkin perlu dikembangkan. "Kalau pun ada evaluasi, evaluasinya hanya acara satu atau dua hari di hotel, yang itu menurut saya juga tidak maksimal".

Kemudian, Akbar juga mengemukakan jika memang acara di hotel adalah untuk memberikan tenaga outsourcing, uang tambahan, "Kalau bisa ya jangan merata. Kalau memang tidak bisa mengasih lebih, ya jangan disamakan" kata Akbar mengutarakan jika dia iri dengan rekan outsourcingnya yang mendapat uang tambahan sama, padahal beban kerjanya tidak seberapa.

"Lalu, selama ini apa saja Bapak yang pernah lakukan untuk mengembangkan diri?" pertanyaan interviewer berikutnya.

"Kalau untuk pelatihan, kebetulan pelatihan-pelatihan yang memang benar-benar saya butuhkan belum di fasilitasi oleh perusahaan" jawab Akbar. Dia juga menceritakan sebenarnya beberapa kali menyenggol rekan kerja di kantor pusat, agar perusahaan mengadakan pelatihan tentang big data. Namun, karena mungkin yang membutuhkan sedikit, dan biayanya mahal. Sampai hari itu, pelatihan yang dibutuhkan Akbar itu, untuk mengembangkan diri belum dikabulkan.

Sedangkan untuk pelatihan sesuai inisiatif sendiri, "Selama ini saya sudah merasa cukup dari resources Youtube atau internet. Dan dengan load pekerjaan saya yang sekarang, saya kira belum ada waktu untuk itu" jelas Akbar.

"Dua pertanyaan terakhir, jika seandainya Bapak diminta memilih, Bapak memilih di unit mana?" tanya interviewer.

"Saya memilih di Tim IT di kantor pusat" jawab Akbar dengan percaya dirinya. "Sebab saya selama ini telah mengembangkan sistem di divisi saya, yang mungkin dapat digunakan di level pusat".

"Lalu sebaliknya, jika Anda ditempatkan di unit yang tidak sesuai dengan kenyamanan Anda bekerja, kira-kira apa yang Anda lakukan" pertanyaan terkahir interviewer.

"Ya mengundurkan diri" jawab Akbar dengan tegas.

Interviewer pun mengakhiri sesi wawancara.

Dan sesuai dugaan, Akbar tetap bekerja di kantornya, dengan status karyawan kontrak tidak tetap.

Comments

Cerita dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah ketidak-sengajaan penulis untuk jalannya cerita. Dan Blog ini adalah bagian dari Usaha di bawah nama branding Edugameapp yang menyediakan layanan berupa cerita pendek bergenre umum, humor dan horor yang diperuntukkan untuk pengguna internet dewasa.

Popular posts from this blog

Cerita Hantu Berantai episode I: Kampung

Cerita Hantu Berantai episode III: Kontrakan

Dibalik Naiknya Belanja Sri

Kisah Horor: Panggilan Ayah

Antara Karma dan Nasib

Sahur Sendiri bersama Kunti

Cerita Hantu Berantai episode II: Kantor

Dibangkitkan sebagai Pezina